Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan
nafsuku serta pemberontakan Adhitya junior di balik CD-ku, aku ingin
memberikan kepuasan kepada Meiske semaksimal mungkin, sehingga dia akan
menyerah dengan apa yang akan kulakukan demi kepuasan bersama. Kujilat
belahan vaginanya sambil perlahan-lahan kubuka pahanya yang sebelumnya
Meiske jepitkan untuk menahan gejolak kenikmatan pada saat aku pertama
kali mengecup pucuknya. Pahanya yang putih mulus itu terbuka sedikit
demi sedikit sambil lidahku bermain dengan lembut. Klitorisnya yang
mungil tampak merekah merah muda. Aku tidak tahan. Kukecup dan
kugigit-gigit kecil. Hal ini membuat Meiske menggoyangkan pantatnya
yang padat, kenyal serta mulus itu dengan gila. Kedua tangannya
mencekal rambutku dan menekankan ke arah vaginanya sambil berteriak
kecil menahan.
Basah sudah bibirku, hidungku, lidahku dengan
cairan putih bening yang keluar terasa agak asin namun harum dengan
aroma yang khas dari vaginanya Meis. Cengkraman serta jepitan di
kepalaku mengendur, dia telah mencapai orgasme. Kujilat dan kutelan
habis cairan itu di sekitar vagina indahnya dengan nafsu yang memuncak.
Aku merasakan otot penisku berdenyut-denyut, dan aku merasakan sesuatu
keluar dengan dahsyatnya dari penisku yang terasa membasahi CD-ku.
Rupanya aku juga mengalami orgasme.
"Maasss Adit.. sini, peluk Meiske..." rintihnya sendu.
Aku
tersadar dengan kejadian yang baru saja kulakukan. Gila.. aku baru saja
menelan cairan orgasme anak perawan. Aku bangun dan memeluk Meiske
dengan lembut dan mesra, dia kaget melihat mulut dan hidungku masih
tercecer cairan putih bening.
Tiba-tiba, "Cup.. cup.. cup.."
dikecupnya bibirku, hidungku, daguku sambil menjilati sisa-sisa cairan
putih bening yang masih ada di wajahku dengan liar.
Dia terus
memandangku dengan matanya yang indah berbinar itu. Posisi kami rebah
berhadapan berdampingan, dia berada di sebelah kiriku dan aku berada di
sebaliknya. Tanganku menyentuh dan mengusap susunya yang putih, montok
dihiasi putting kecil merah muda.
"Mas Adit..." desahnya lembut.
"Apa Meis..?" jawabku berbisik.
"Mas Adit kan sayang sama Meis..." katanya lagi sambil memandang serta membelai pipiku, menyentuh bibirku dengan jarinya.
"Iyaaa... ada apa Non.. kok pake nanya..?" balasku lembut.
Jariku tetap nakal bermain-main di puting susunya yang menggairahkan.
"Maass... soalnya Meis belum pernah begini.." katanya lagi sambil melirik ke arah mataku.
Usapan tangannya tidak berhenti di antara pipi dan bibirku. Aku balas memandangnya sambil tersenyum.
"Aaahhh
Maasss... Jangan diliatin begitu dong.. Meis kan maluuuu..." katanya
sambil merajuk menyusupkan wajahnya di leherku, kakinya yang indah
dibelitkan ke pinggangku seperti memeluk guling.
Tiba-tiba dia
tersentak saat perutnya menyentuh perutku yang mau tidak mau, vaginanya
menyentuh sesuatu yang tegang di balik CD-ku yang sudah basah. Secara
refleks Meiske mencoba meregangkan tubuhnya, tetapi dengan sigap
kutahan dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya sambil berbisik,
"Jangan dilepas sayang.. biarkan nempel.. aku ingin kamu merasakan
milik laki-laki yang menyayangimu, menyentuh kulitmu." kataku dengan
nada pasti.
Dia terhenyak dan tegang sesaat, dengan sabar dan lembut
aku cium kening dan bibirnya dan aku berkata sambil melepaskan CD-ku
perlahan-lahan, "Kamu belum pernah melihat yang namanya penis laki-laki
dewasa dalam keadaan tegang kan? Kamu mau lihat?" tanyaku sambil
menatap pasti ke arah matanya yang indah itu.
Sepertinya dia
bingung sesaat dan aku tetap memandangnya dengan tatapan mata yang
menusuk serta meyakinkan. Akhirnya dengan sikap pasrah dia mengangguk
pelan. Kami melepas pelukan dan dengan perlahan-lahan, Meiske
menundukkan kepalanya melihat ke arah pangkal pahaku.
"Ooohhh..." teriaknya kecil dan kaget serta merta memeluk leherku menyembunyikan mukanya.
Aku
rasanya ingin tertawa melihat sikapnya yang lugu itu, maklum saja anak
perawan melihat pertama kali penis laki-laki dewasa lagi tegang
sepanjang 15cm x 3cm. Surprise!
"Hey.. kenapa sayang..? Lihat tuh.. indah kan?" kataku menggoda.
"Ngga
mauuu.. Meis maluuuuu Mas..!" jawabnya tanpa melepaskan wajahnya di
leherku dengan nafas yang agak memburu dan tangannya memeluk leherku.
Dengan sigap aku peluk dia di pinggangnya yang berakibat penisku si 15cm x 3cm
yang masih tegang itu menempel di antara vaginanya yang lembut. Dia
kaget dan berusaha melepaskan tetapi kutahan pinggangnya, nafasnya
makin terengah-engah.
Terasa ada cairan hangat mengalir menyentuh penisku perlahan-lahan dan ketegangan tubuh dia mulai agak mengendur.
"Maass.. Meiiis.. aaahhhh nggaaa aahhh..." desahnya terengah-engah.
Pelukanku
di pinggangnya kukendurkan sambil menatap matanya yang agak redup
sambil berbisik,"Sayang.. ini bagian dari perasaan cinta dan kasih
sayang, Non.. ayo lihat.."
Aku mengambil tangan kirinya dan
kuarahkan ke penisku yang tegang, dia mengikuti gerakan tanganku sambil
pelan-pelan menundukkan kepalanya ke arah penisku, kuusapkan tangannya
ke penisku sambil menggenggam dengan lembut. Aku rasakan nafasnya
memburu dan aku mulai merasakan sentuhan lembut itu dengan nikmat.
"Gila.. man..! Penisku dipegang oleh anak perawan yang cantikkk..!" pekikku dalam hati.
Kuajari
Meiske sambil menggengam si Junior untuk mengurut dengan lembut,
tanganku kemudian melepaskan tangannya yang halus, terus mengurut
penisku secara berirama. Sementara tanganku sendiri menyentuh vaginanya
yang lembut dan mulai mengelus bibir hangat tersebut dengan penuh rasa
cinta.
Beberapa saat kemudian dia berteriak kecil, "Maaassss..
oohhh..." dia bergerak dan tangannya yang masih memegang penisku
disentuhkan ke vaginanya.
Tiba-tiba dia memelukku sambil
melingkarkan pahanya yang putih dan mulus itu serta menekankan
vaginanya dengan penisku. Tanganku terpaksa kulepas dari bibir vagina
cantik itu, tangannya memeluk badanku, kemudian bibirnya dengan buas
mengecup bibirku sambil mengerang karena nikmat. Terasa basah penisku
yang masih menempel di bibir hangatnya Meiske, orgasmenya yang kedua.
Wooow..
seprei tempat tidurku sudah tidak karuan lagi bentuknya serta basah
pada bagian di mana kemaluan kami berdua saling menempel. Aku mulai
tidak tahan dengan keadaan seperti itu, penisku makin keras dan tegak
sementara agak terjepit di antara bibir vagina lembut miliknya Meiske.
Yang agak mengherankan adalah, aku masih bisa menahan diri untuk tidak
mulai melakukan penetrasi karena sadar bahwa anak ini masih perawan,
meskipun keadaannya tinggal tancap, beres kan? Pikiran sehat muncul sejenak (sejenak saja! Tidak sampai satu menit).
"Hey, ini anak masih perawan kan, kalau elu perawanin die, dose man... ! Tau ngga?" dalam hatiku bergejolak.
Aku yakin bahwa aku harus mengakhiri kenikmatan ini dengan kondisi baik. Aku dan Meiske harus benar-benar puas.
Kubalas
kecupan-kecupan ganasnya Meiske di bibirnya, lehernya, dadanya dan
berhenti serta bermain-main agak lama di kedua susunya yang
menggairakan serta putingnya yang kecil merah muda itu. Tanganku
bergerilya ke arah vaginanya yang lembut berwarna merah muda pada kedua
labia mayora-nya. Pahanya yang putih mulus masih melingkar di
pinggangku, sehingga jari tengahku bebas berkeliaran mengusap-usap
vaginanya yang sudah amat basah dengan cairan putih bening yang keluar
terakhir. Desahan, erangan serta teriakan-teriakan kecil terus meluncur
dari bibir yang sensual di depan wajahku. Sekali-kali dia mngecup dan
juga menggigit bibirku dengan ganas selama jariku mempermainkan labia
mayora serta clitorisnya yang agak keras. Kugeser tubuh putih mulus itu
perlahan-lahan, sehingga Meiske telentang dan posisiku berada di
atasnya.
"Meiske sayang, Mas ingin kamu merasakan kenikmatan
orang bercinta.. kamu mau kan..?" aku berkata sambil menatap wajahnya
yang terlihat pasrah dan bertambah cantik dengan sebagian keringat
menitik di dahinya.
"Maasss Adit.. Meis musti gimana sekarang?"
jawabnya lembut setengah tersenyum juga dengan nafas mulai memburu."Mas
mau kamu merasakan gimana yang namanya Real-Make-Love Oke?" kataku
dengan lembut dan pasti sambil mengecup bibirnya yang menggemaskan.
Dia mengangguk pelan tetapi kuyakin pasti dia ingin merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakannya.
Dengan
sabar dan lembut tanpa melepaskan pandangan mataku ke arah matanya yang
mulai setengah terpejam, kurenggangkan pahanya, kuarahkan penisku yang
sudah tegang dari tadi ke atas vaginanya yang kuraba dengan jari
tengahku. Sudah merekah terbuka, lembut, perlahan kuusap-usapkan ujung
penisku ke vagina Meiske sambil kukecup bibirnya, susunya, putingnya.
Kujilat mesra tangan kirinya dengan segera memegang dia meremas
kepalaku dan tangan kanannya membelai punggungku dengan mesra
seolah-olah mulai merasakan kenikmatan lidahku bermain pada putting
susunya yang kecil mungil kemerah-merahan serta usapan-usapan penisku
pada vaginanya. Perlahan-lahan kudorong penisku memasuki kira-kira
setengahnya ke liang vaginanya Meiske.
"Maasss... pelan-pelan... sakiiittt Maas.." jerit kecilnya.
Aku
agak kaget dan langsung berhenti bergerak karena meskipun aku sudah
tidak tahan ingin penetrasi penuh tetapi aku masih sadar bahwa ini
adalah Real Make Love antara aku yang mahasiswa 22 tahun dengan Meiske
yang anak perawan 15 tahun berdarah Portugis yang amat kusayangi, jadi
aku harus sabar dan penuh rasa kasih serta cinta yang lembut.
"Oh.. maaf sayang.. sedikit lagi.. Mas pelan-pelan.. atau dicabut aja..?" kataku tanpa sadar.
"Jangan Maass.. pelan-pelan aja..." jawabnya lirih.
Aku merasa tidak tahan, antara mau terus dan takut dia kesakitan.
"Gila lu Dit, ini anak masih perawan!" kata hatiku kembali berkata.
Tetapi karena sudah tanggung, penisku sudah masuk setengah kuteruskan amat perlahan.
Penetrasi yang berakhir dengan keluhan Meiske yang terdengar lirih, "Maaass.. aduuuhh..!"
Nafasnya
memburu, terasa liang vaginanya yang sempit itu basah melumasi penisku
yang masuk dan menyentuh sesuatu batas, selaput dara. Aku bingung
sejenak untuk berusaha menguasai diriku.
"Adit.. terusin kalau elu bener cinta sama gadis berdarah Portugis ini." bisikan hatiku lagi.
Sambil mengatur nafas, aku diam beberapa saat sambil memandang gadis perawanku yang cantik ini.
"Meis.. kamu mau kan..?" aku berbisik di depan bibirnya yang sensual, reaksinya membuat aku tertegun.
Dia
angkat pantatnya sehingga penisku masuk penuh ke dalam vagina indah
itu, tiba-tiba kedua kakinya melingkar di pinggangku dan sekaligus
menjepitnya.
"Luar biasa ini gadisku yang perawan!" pujiku dalam hati.
Aku
langsung goyangkan pantatku maju mundur perlahan-lahan tetapi pasti,
makin lama makin cepat, kukecup sudut bibirnya, ujung dagunya. Nafasnya
dan nafasku tidak karuan lagi iramanya.
"Maaasss... ohhh.. nggg.. Maass.. Adiiit, teeerrrusss maaasss..." erangannya makin keras.
Gerakan
pantatnya yang bulat makin menjadi-jadi. Kupeluk Meiske dengan erat
karena aku mulai merasakan denyut-denyut gila penisku di bagian
kepalanya. Gerakan otot vagina Meiske yang menghisap penisku setiap
gerakan mundur membuat aku benar-benar tidak tahan. Rasanya belum lama
penetrasiku, tiba-tiba Meiske menjerit lirih disertai pagutannya di
bahuku sebelah kanan serta jepitan kedua pahanya di pinggangku.
"Maasss Adiiiitt... aaakkkhhh... mmmfff..."
Aku tidak bisa menahan lagi kenikmatan badaniah ini, di mana kurasakan seluruh penisku terbenam di liang vaginanya Meiske dan.
"Meeeiiis... mas nggaaa... tahan..!" teriakku kecil di kupingnya sebelah kanan.
Ini intercourse, makelove, sanggama
atau entah apalagi namanya, aku sendiri tidak tahu. Yang jelas ini
adalah yang paling gila dan paling edan yang pernah kulakukan sampai
saat itu. Aku mengalami orgasme hebat bersama Meiske, gadis kecilku,
anak SMP yang berdarah Portugis dan yang telah kuperawani. This is very-very goddam, asshole, cocksucker, cunteater, pussylicker, sonofthebitch something special.
Spermaku
keluar menyemprot di dalam vagina lembutnya Meiske bersamaan dengan
pahanya yang mulus menjepit pinggangku dengan kuat tanda dia mengalami
hal yang bersamaan denganku. Kami berpagutan, berkecup, berpelukan,
tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh-tubuh telanjang kami. Skin To Skin.
Beberapa saat, kami berpelukan seolah-olah tidak akan melepaskan satu
sama lain. Kuputar tubuhku sehingga posisi kami berdua berhadapan
berdampingan tanpa melepaskan pelukan kami masing-masing. Peluh kami
berdua mengalir membasahi punggung, leher, dada, perut dan hampir
seluruh tubuh.
"Meiske sayang.. buka dong matanya.." kataku
lembut sambil mengelus pipinya, menyentuh bibirnya dengan ibu jariku
sewaktu melihat dia dengan matanya yang masih menutup.
Menikmati
atau berusaha menyadari apa yang baru saja terjadi, mungkinkah? Dia
membuka mata coklat tua yang indah dan berkaca-kaca. Perlahan-lahan dia
memandang ke arah mataku, dua butir air mata mengalir dari mata yang
indah itu.
"Maaasss..." suaranya terdengar lembut sambil jarinya mengusap pipi dan bibirku.
"Mas Adit sayang sama Meis kan..?" katanya lagi dengan agak tersedan manja.
"Iyaa Meis.. Mas Adit sayang kamu." jawabku dengan tetap mengelus pipi dan bibirnya yang sensual indah itu.
Kuusap tetesan air matanya dan kami saling mengelus muka masing-masing dengan penuh kasih dan cinta.
"Meis ngga nyesel lakukan sama Mas Adit.. karena Meis sayang sama mas.. Meis cinta sama mas.." katanya lagi dengan lembut.
"Mas Adit juga sayang sama Meis.. kamu ngga nyesel kan dengan apa yang kita lakukan tadi..?" tanyaku lagi.
Dia
mengangguk pelan tetapi pasti dan tersenyum manis. Kupeluk dia dan
kukecup keningnya, bibirnya dan kugigit kecil sudut bibirnya, dia
mencengkram rambutku sambil membalas kecupanku di bibirnya.
Perlahan-lahan kami saling melepaskan diri dan secara refleks kami
berdua melirik ke arah pangkal paha kami masing-masing. Kami termenung
sejenak melihat seprei tempat tidurku basah dan ada bercak merah.
"Maasss.. Meis takut Mas.. ada darah di..." dia berkata dengan ekspresi wajah khawatir.
Segera kupegang kedua belah pipinya dan melekatkan pandanganku ke matanya.
"Jangan
takut sayang.. itu tandanya kamu masih suci dan Mas yang pertama
melakukan pada Meis dan Mas akan bertanggung jawab atas perbuatanku,
Meis.. jangan khawatir sayang." jawabku dengan tenang dan pasti dan
langsung kembali kupeluk dia sambil mengecup keningnya.
Dia menbalas
pelukanku. Kami berpelukan seolah-olah tidak akan saling melepaskan.
Aku bangun dan meraih bajuku dari lantai segera kubersihkan tubuh
Meiske, di pangkal pahanya, vaginanya, sambil memandang tersenyum puas
kepadanya. Dia pun bangun dan ikut membereskan bajunya yang berserakan
di atas lantai.
Kami berdiri berhadapan, saling berpandangan
mesra dengan tubuh telanjang. Kupeluk Meiske, dia membalas pelukanku
dan kami berpagut lembut mesra. Kugandeng tangannya, kami berjalan
beberapa langkah mendekati lemari pakaianku, kuambil CD yang bersih.
Tanpa sadar Meiske terlihat termenung memadangiku.
"Meiske sayang..
udah sore, non.." aku berkata mengingatkannya juga menyadarkan diriku
sendiri sambil menyodorkan CD-ku yang bersih.
Dia tersentak dan terlihat pandangan yang lucu waktu matanya melihat CD-ku yang kusodorkan kepadanya.
"Buat siapa..?" tanyanya heran.
"Ya
buat kamu.. masa kamu mau pakai CD kamu yang udah basah dan lengket
lagi." aku jawab sambil menahan tawa geli, dasar anak kecil.
Dia tersadar dan merajuk manja serta merta memelukku, menyembunyikan wajahnya di dadaku.
"Aaahhh.. Mas Adit.. Meis jadi malu kan..?" sergahnya manja.
Kutuntun
Meiske duduk di tempat tidurku, kukenakan CD cowok putihku. Lucu juga
melihat cewek pakai CD cowok. Meiske memakai baju dan rok mininya
kembali. Kemudian aku sendiri berpakaian.
"Meiske, Mas mau tahu, kok
kamu mau melakukan ini sama aku ngga takut hamil..?" tanyaku serius
sambil memandang matanya yang indah itu.
"Meis mau karena Meis
sayang sama Mas Adit.. kan Mas udah janji ngga akan meninggalkan Meis..
iyaa kan?" jawabnya sambil memeluk leherku.
"Sekarang udah sore. Mau pulang ngga, Meis?" tanyaku sambil memeluk pinggangnya.
Dia memandangku sambil tersenyum sendu melingkarkan tangannya di leherku sambil mengangguk pelan.
CD-nya
yang berwarna pink masih tergeletak basah di atas tempat tidurku.
Kuambil sambil kuciumi, dia berusaha merebutnya dari tanganku tetapi
kutahan tangannya.
"Ini milik Mas Adit untuk selama-lamanya.." kataku tegas sambil menatap matanya yang cantik berbinar-binar itu.
"Jangan Mas... itu kotor dan bau kan..?" sergahnya.
"Biaaariiin...
kotoran yang cantik dan bau yang haruuummm.. kenang-kenangan dari gadis
kecilku yang cantik." jawabku sambil mengecup bibirnya yang sensual.
Cepat-cepat
aku melepaskan diri dan melemparkan CD pink itu ke dalam lemari
pakaianku, kututup, kukunci. Dia terdiam dan tersenyum cerah.
Kuantarkan Meiske pulang kerumahnya, jam menunjukan jam 18:00. Kami
berkasih mesra hampir 5 jam di rumahku, edan, gila dan sebagainya. Aku
bahagia sekali.
Hubunganku dengan Meiske berlangsung sampai dia
kelas 2 SMA, dan setiap kali ada kesempatan kami bercinta dengan gairah
yang tinggi selalu di rumahku yang sering kali sepi dan kosong di mana
orang tuaku serta kedua kakakku sering keluar kota dengan urusannya
masing-masing. Karena tidak mungkin kami lakukan di rumahnya atau di
hotel atau tempat lain. Yang jelas kami selalu berhati-hati setiap kali
kami bercinta, aku beberapa kali mencoba menggunakan kondom tetapi aku
merasa tanpa kondom yang paling asyik. Skin To Skin.
Hubungan
kami terputus dengan alasan klasik, perbedaan agama, dia Kristen
sedangkan aku Islam. Orang tuanya yang tidak setuju hubungan kami
berlanjut atas dasar perbedaan agama tersebut. Padahal aku dan Meiske
sudah saling berikrar untuk hidup bersama setelah aku selesai kuliah
dan dia paling tidak sampai D3. Perbedaan agama bagi kami bisa di
bicarakan nanti-nanti. Aku selama satu tahun terakhir, sejak orang
tuanya menyatakan ketidak setujuan mereka atas hubungan kami itu, tetap
berusaha menghubungi Meiske baik lewat telepon maupun surat, tidak ada
jawaban atau pun kalau melalui telepon jawabannya dia tidak ada di
rumah atau alasan lain yang menegaskan bahwa aku tidak dapat
berhubungan lagi dengannya.
Sedihkah aku..? jangan tanya lagi,
aku sempat frustrasi hampir satu tahun. Kegiatan fisik yang keras
seperti beladiri, naik gunung dan terjun payung akhirnya dapat
memulihkan semangat hidupku untuk melanjutkan hidup ini. The Life Show Must Go On Man!
Terakhir aku melihat Meiske di salah satu pusat perbelanjaan pada tahun 2008, kulihat dia sedang berjalan-jalan bersama ibu serta adiknya
disertai 2 anak-anak kecil yang lucu, anaknyakah? Hanya Tuhan dan
keluarganya yang tahu.
Demikian para pembaca yang budiman, salah
satu kisah hidupku yang cukup unik dan amat berkesan dan tidak akan
kulupakan seumur hidupku.