Cerpen Lesbian
WIDYA DAN SUSAN
Widya berusia 22 tahun dengan ukuran
payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia masih berstatus mahasiswi di
sebuah PTS di Yogyakarta. Sedangkan Susan berusia 26 tahun dengan
ukuran payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia bekerja sebagai karyawan
sebuah kantor swasta di Yogyakarta. Mereka berdua tinggal di asrama
putri tempat Ibu Anna di Yogyakarta bagian utara.
Mereka berdua
menjadi lesbian ketika suatu pagi berebutan kamar mandi. Ada 2 kamar
mandi di asrama yang berpenghuni cuma 4 orang. Satu kamar mandi sedang
dipakai orang. Sedangkan yang satu masih kosong. Secara serempak mereka
berdua sudah berada di depan kamar mandi.
"Aku tergesa-gesa," kata Widya.
"Aku juga tergesa-gesa," kata Susan.
Mereka terdiam beberapa saat sampai kedua mulut mereka serempak mengeluarkan suara.
"Sama-sama saja."
Mereka berdua langsung masuk ke kamar mandi dan Susan mengunci pintu kamar mandi tersebut.
"Tapi bagaimana caranya. Gayung cuma satu, sabun cuma satu, pasta gigi cuma satu," kata Susan.
"Iya. Dan juga aku malu kalau telanjang," kata Widya.
"Kalau itu tidak masalah. Kita saling membelakangi."
"Begini saja. Kamu dulu yang mandi. Aku gosok gigi dulu."
Kemudian
Susan melepaskan seluruh pakaiannya dan menaruhnya di gantungan di
belakang pintu kamar mandi. Dan di belakangnya Widya berdiri menunggu
di pinggir bak mandi. Lalu mereka berputar haluan. Ganti Widya yang
melepaskan seluruh pakaiannya dan menaruhnya di gantungan di belakang
pintu kamar mandi. Kemudian dia menggosok giginya. Di belakangnya Susan
sedang mengguyur tubuhnya dengan air. Setelah cukup, mereka berputar
haluan kembali. Susan dengan membawa sabun berdiri menghadap pintu.
Sedangkan di belakangnya giliran Widya yang mengguyur tubuhnya dengan
air. Kemudian...
"San, sabunnya sudah?"
"Sudah. Ini," kata Susan sambil membalikkan tubuhnya yang penuh busa sabun.
Bersamaan
dengan itu Widya juga membalikkan tubuhnya. Mereka kaget dan serentak
menutupi tubuh seadanya. Tangan kanan mereka menutupi kedua payudara
dan tangan kiri mereka menutupi kemaluan. "Aku sudah lihat punyamu Wid.
Buka saja. Kenapa ditutup?" Widya tidak membuka tangan kanannya yang
menutupi kedua payudaranya. Dibukanya tangan kirinya dan dibukanya
tangan kanan Susan yang menutupi kedua payudaranya. Susan diam saja
ketika Widya membelai payudara kirinya yang penuh busa sabun dan
meremasnya. Dipilinnya puting payudara Susan. Yang keluar dari mulutnya
hanya sebuah suara. "Aaahhh... aaahhh... aaahhh..." Setelah Widya puas
Susan berkata, "Punyamu aku sabuni ya?" Widya hanya mengangguk dan
membuka tangan kanannya yang masih menutupi kedua payudaranya.
Susan
kemudian mengusapkan sabun yang sejak tadi dipegangnya ke payudara
kanan Widya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya mengambil busa sabun
dari payudara kirinya sendiri dan diusapkan ke payudara kiri Widya.
Tidak lupa kedua puting Widya juga dipilin-pilin. Susan tidak hanya
menyabuni kedua payudara Widya. Seluruh tubuh Widya disabuninya dengan
usapan yangmenggairahkan sambil kedua payudaranya sendiri sesekali
disentuhkan ke tubuh Widya. "Ehmmm... ehmmm... ehmmm..." Ganti Widya
yang mengeluarkan suara dari mulutnya. Tubuh mereka berdua sudah penuh
dengan busa sabun. Susan dari belakang memeluk Widya dan kedua
tangannya bergerak ke seluruh tubuh Widya. Widya yang dipeluk tidak
ingin kenikmatan itu hanya milik Susan. Kedua tangannya juga bergerak
ke seluruh tubuh Susan. Dia berkata sambil mendesah, "San... tadi
sebetulnya kamu tidak usah membalik tubuhmu. Cukup aku saja. Jadi kita
tidak begini akhirnya."
"Maksudku juga begitu. Aku membalikkan tubuhku dengan harapan kamu tetap menghadap bak kamar mandi."
Kemudian
sambil tetap dipeluk Susan, Widya membalikkan tubuhnya sehingga kedua
payudara mereka saling menempel. "Ouohhh..." Mereka berdua saling
menggesekkan kedua payudara mereka sampai akhirnya mereka berdua sadar
dengan apa yang terjadi dan serempak berkata, "Kita kan tergesa-gesa."
Mereka melepaskan pelukan dan karena Susan yang mendapatkan gayung
lebih dulu dia yang membilas tubuhnya. Widya tidak sabar dan merapatkan
tubuhnya ke tubuh Susan. Mereka berdua kembali terlena dengan keadaan
tubuh yang baru terkena satu guyuran air. Mereka berdua saling
membersihkan sisa busa sabun pada tubuh mereka berdua. Desahan-desahan
kenikmatan keluar dari mulut mereka berdua. "Ehmmm... ehmmm...
ehmmm..." Beberapa menit mereka saling membersihkan busa sabun sambil
sesekali tubuh mereka diguyur air. Setelah selesai mereka mengeringkan
tubuh mereka dengan handuk. Mereka keluar bersama-sama dan Widya
berkata kepada Susan, "San, nanti malam lagi ya?" Susan hanya
mengangguk.
Dan tanpa menunggu malam ketika sore hari Widya
selesai mandi, Widya waktu itu berani hanya melilitkan handuk ke
tubuhnya karena keadaan asrama sedang sepi. Dia kaget melihat Susan
sudah berada di dalam kamarnya masih dengan memakai pakaian kerjanya.
Dia hanya sebentar kaget kemudian tersenyum. "Wid, aku sebetulnya mau
menyusul kamu mandi. Tetapi kamu mungkin tidak dengar. Jadi aku tunggu
di sini." Widya menghampiri Susan yang duduk di tepi tempat tidur dan
duduk di sampingnya. Dibelainya paha Susan yang tidak tertutupi rok
mini yang dipakainya.Kemudian, "Sebentar ya San. Aku pakai pakaian
dulu." Widya kemudian berdiri menghampiri lemari dan di depan lemari
dia melepaskan handuknya. Dia mencari-cari pakaian dari dalam lemari.
"Kamu menantang aku ya? Tidak usah pura-pura cari pakaian."
"Rupanya kamu tahu."
Widya
kemudian membalikan tubuhnya dan dilihatnya Susan sedang melepaskan
BH-nya dan kemeja yang dipakainya hanya dilepaskan kancingnya. Setelah
BH Susan terlepas, dengan cepat kedua tangan Widya melepaskan kemeja
yang dipakai Susan sambil bibirnya mendarat di bibir Susan. Mereka
berciuman dan saling menjilat lidah. Kedua payudara mereka saling
menempel. Kedua puting payudara mereka saling digesekkan. Kemudian
Widya menghentikan ciumannya dan dia duduk bersimpuh di depan Susan.
Dibelainya paha Susan dengan kedua tangannya. Sedangkan Susan menikmati
remasan kedua tangannya pada kedua payudaranya. Kedua tangan Widya lalu
naik ke atas dan masuk ke dalam rok mini yang dipakai Susan. Dia
berusaha melepaskan celana dalam yang dipakai Susan. Berhasil.
Pada
waktu yang sama Susan yang mengetahui Widya sedang berusaha melepaskan
celana dalamnya lalu menghentikan remasan pada kedua payudaranya. Kedua
tangannya melepaskan rok mini yang dipakainya. Sekarang Susan sudah
telanjang bulat. Widya kemudian membimbing Susan ke tempat tidur. Dan
mereka pun bercumbu dengan nikmatnya hingga fajar menyingsing. Dan
tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sedang mengamati percumbuan
mereka...
ANITA DAN ANGGA
Anita berusia 17
tahun dengan ukuran payudara 34 dan tubuh yang ideal. Dia masih
berstatus siswa sebuah SMU di Yogyakarta. Sedangkan Angga berusia 23
tahun dengan ukuran payudara 36 dan tubuh yang ideal. Dia masih
berstatus mahasiswi di sebuah PTS di Yogyakarta. Mereka berdua tinggal
di asrama putri tempat Ibu Anna di Yogyakarta bagian utara.
Mereka
berdua menjadi lesbian ketika suatu sore Angga yang baru pulang dari
rumah temannya mendengar suara-suara aneh dari kamar Widya. Angga
penasaran dan melihat pintu kamar Widya sedikit terbuka. Dilihatnya
Widya yang sedang menjilati kemaluan Susan dan tangan Susan yang
meremas payudara kanannya sendiri. Tubuh mereka berdua telanjang dan
banjir keringat. Tanpa sadar tangan Angga bergerak ke atas dan meremas
kedua payudaranya sendiri yang masih ditutupi pakaiannya. Dia lalu
tersadar dengan apa yang telah dilihatnya. Kemudian dia beranjak dari
samping pintu kamar Widya dan masuk ke kamarnya. Dia kemudian melepas
pakaiannya. Dia teringat kejadian di kamar Widya. Entah mengapa
kemudian Angga yang tinggal memakai pakaian dalam kemudian
menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Dilepasnya BH yang masih
dipakainya. Kemudian dia meremas kedua payudaranya.
"Aaahhh...
aaahhh... aaahhh..." Angga terus meremas kedua payudaranya dan sesekali
memilin putingnya sambil membayangkan Widya dan Susan masuk ke
kamarnya. Dia berdiri dan Widya dari depan tanpa bertanya lagi melepas
celana dalam yang dipakai Angga dan lalu menjilati kemaluannya.
Sedangkan Susan dari belakang melepas BH yang dipakai Angga dan
kemudian dari belakang meremas kedua payudaranya. "Aaahhh... aaahhh...
aaahhh..."
Tangan Angga menghentikan remasan pada kedua
payudaranya dan turun ke bawah. Tangannya dimasukkan ke dalam celana
dalamnya. Sekarang jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam lubang
kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. "Aaahhh... aaahhh... aaahhh..."
Setelah
beberapa lama bermasturbasi, Angga akhirnya tertidur dalam keadaan
tinggal memakai celana dalam. Keesokan harinya Angga terbangun setelah
mendengar pintu kamarnya diketok. Dia membuka matanya dan memperhatikan
jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkan pukul 10:00. Angga terkejut
karena dia bangun kesiangan dan dia akhirnya lega ketika mengetahui
bahwa hari ini dia libur kuliah. Terdengar pintu kamarnya diketuk lagi.
Dia lalu bangun dan mengambil daster kaos dari dalam lemari dan
dipakainya. Dibukanya pintu kamarnya dan dilihatnya Anita yang masih
menggenakan seragam sekolahnya.
"Mari masuk Nit!"
Kemudian Anita masuk.
"Kamu kesiangan juga Nit?" tanya Angga.
"Aku pulang pagi Mbak," jawab Anita sambil duduk di karpet yang ada di kamar Angga.
Dia mengambil sebuah majalah tetapi tidak dibacanya.
Dia bertanya kepada Angga, "Mbak. Tadi malam lihat tidak?"
"Lihat apa?"
"Di kamar Mbak Widya."
Angga terkejut mendengar perkataan Anita. Kebetulan, pikir Angga.
"Kamu mau melakukannya?"
Tanpa menunggu persetujuan Anita,
tangannya sudah memegang tangan kanan Anita dan diremaskannya ke
payudara kirinya. Tangan kiri Anita dengan sendirinya membelai paha
Angga dan bibirnya dengan pelan mendarat di bibir Angga. Keduanya
berciuman dan saling perang antar lidah. Tangan Angga melepas kancing
baju seragam yang dipakai Anita. Anita menghentikan ciuman dan
belaiannya pada paha Angga. Dia melepas baju seragamnya. Kemudian
mengangkat daster kaos yang dipakai Angga sampai terlihat kedua
payudaranya. Dibelainya payudara kanan Angga. Angga pun melepasdaster
kaosnya sehingga Anita dengan leluasa menghisap payudara kiri Angga
sambil tetap membelai payudara kanannya.
"Aaahhh... aaahhh... aaahhh..."
"Ehmmm... ehmmm... ehmmm..."
Tangan
Anita menghentikan belaiannya pada payudara kanan Angga. Dan kini
dihisapnya payudara kanan Angga sambil dia melepas kaos dalam dan BH
yang masih dipakainya. Dia lalu menelentangkan Angga dan menindihnya
sehingga kedua payudara mereka saling menempel. Kedua puting payudara
mereka saling digesekkan. "Ouohhh..."
Setelah beberapa lama
saling menggesekkan kedua payudara. Anita kemudian menggeser tubuhnya
ke samping Angga sambil tetap tengkurap. Dilepasnya rok seragam yang
masih dipakainya dan tidak ketinggalan celana dalamnya. Angga juga
melepas celana dalamnya dan duduk sambil membelai punggung Anita. Dia
kemudian menggesek-gesekkan kedua payudaranya ke punggung Anita. Anita
lalu ikut duduk dan mereka berdua saling membelai kedua payudara.
"Ehmmm... ehmmm... ehmmm..."
Anita menceritakan bahwa semalam
dia yang baru pulang dari berbelanja keperluan sekolahnya. Dia melewati
kamar Widya dan tanpa sengaja melihat Widya dan Susan berpelukan erat
sambil berciuman. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua kemaluan
mereka juga saling menempel. Mereka berdua saling membelai punggung
dengan halus. Mereka berdua saling mengocok lubang pantat dengan jari
telunjuk tangan kanan. Angga terangsang dengan cerita Anita dan kini
mereka berdua sudah saling menjatuhkan. Anita kalah dan kemaluannya
langsung digarap oleh Angga. Dia menungging dan dikangkangnya kaki
Anita. Mulutnya tepat pada kemaluan Anita. Lidahnya dikeluarkan.
Disentuhkannya ujung lidahnya ke kemaluan Anita berulang-ulang.
Sekarang
Angga sudah menjilati liang kemaluan Anita sambil jari telunjuk tangan
kirinya membuka lubang kemaluan Anita. Lidahnya dimasukkan ke dalam
celah lubang kemaluan Anita. Lidah Martha sudah merasa puas
bermain-main di kemaluan Anita. Sekarang jari-jarinya dikeluar-masukkan
ke dalam lubang kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. Mulut Angga
rupanya belum puas dan ikut membantu jari-jari Angga dalam
mempermainkan lubang kemaluan Anita. Berkali-kali Anita mendesah.
"Aaahhh... aaahhh... aaahhh..."
Kini puting payudara kiri Angga
digesek-gesekkan ke kemaluan Anita. Kedua tangannya juga meremas kedua
payudara Anita bekerja sama dengan kedua tangan Anita. "Aaahhh...
aaahhh... aaahhh..." Akhirnya Angga menghentikan permainannya. Dia
berdiri dan Anita juga ikut berdiri. Angga membungkukkan badannya dan
berpegangan pada kursi. Kakinya dikangkangkan. Anita tahu maksudnya.
Dia merebahkan tubuhnya tepat di bawah tubuh Angga. Kedua tangannya
kemudian meremas kedua payudara Angga. Kemudian kedua tangannya menuju
lubang kemaluan Angga. Jari telunjuk tangan kirinya membuka lubang
kemaluan Angga. Kemudian jari-jarinya dikeluar-masukkan ke dalam lubang
kemaluannya. Dikocoknya pelan-pelan. Jari-jarinya juga
dikeluar-masukkan ke dalam lubang pantat Angga. "Aaahhh... aaahhh...
aaahhh..." Pelan-pelan tubuh Angga turun ke bawah dan lubang
kemaluannya tepat di lubang kemaluan Anita. Dia menindihi Anita. Tetapi
mereka berdua tidak melakukan apa-apa. Kemudian Angga berdiri dan duduk
di kursi. Anita juga ikut berdiri.
"Sini Nit.!"
Anita
kemudian menghampiri Angga. Angga membimbing Anita untuk duduk di
pangkuannya dengan posisi terbalik. Mereka berdua berpelukan erat
sambil berciuman. Kedua payudara mereka saling menempel. Kedua kemaluan
mereka juga saling menempel. Setelah beberapa lama Anita bangkit dari
pangkuan Angga. Dia merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Angga ingin
menghampirinya. Tetapi mereka berdua serentak membenahi pakaiannya
ketika mendengar suara mobil masuk ke dalam asrama.
KISAH IBU ANA
Ibu
Ana berusia 37 tahun dengan ukuran payudara 42 dan tubuh yang ideal.
Dia seorang ibu rumah tangga yang mengelola asrama putri yang didiami
oleh Widya, Susan, Anita dan Angga. Ibu Ana menjadi lesbian karena
Anita. Ketika suatu siang dia ke asramanya dan diterima oleh Anita
yangbaru saja bercumbu dengan Angga. Dia memakai daster kaos milik
Angga.
"Mari Bu!" kata Anita mempersilakan Ibu Ana duduk.
"Bagaimana kabar anak-anak sini," sambil dia duduk di sofa panjang.
Anita kemudian menceritakan keadaan teman-teman satu asramanya. Tiba-tiba Angga muncul.
"Maaf Bu, saya mau pergi," kata Angga.
"Silahkan," jawab Ibu Ana.
Ketika itu Anita tanpa sengaja melihat kedua payudara Ibu Ana yang masih ditutupi pakaiannya.
"Ada apa Nit?" tanya Ibu Ana.
"Tidak apa-apa Bu," jawab Anita.
"Ibu darimana?" sambung Anita.
"Berbelanja."
Ibu
Ana lalu mengeluarkan beberapa barang dari tas plastik dan diletakkan
di meja. Barang-barang itu memang disediakan Ibu Ana setiap bulannya
untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di asramanya. Kebetulan Ibu Ana
memperoleh menjadi anggota dari sebuah agen produk kecantikan. Anita
tertarik pada sebuah barang yang setelah dikeluarkan dari tas plastik
tidak diletakkan di meja tetapi dimasukkan ke tas kecilnya.
"Itu apa Bu?"
"Ini buat Ibu."
Diserahkannya sebuah botol kecil ke Anita. Sebuah cream untuk membantu memperbesar dan memperindah payudara.
"Jadi ini ya? Yang membuat payudara ibu jadi besar itu. Saya mau Bu."
"Itu buat kamu saja. Nanti Ibu beli lagi."
"Caranya bagaimana Bu?"
"Tinggal diusap saja di payudaramu."
"Beri contoh Bu."
"Malu saya kalau..." Ibu Ana menghentikan perkataannya.
"Malu apa Bu?"
Ibu Ana hanya diam.
"Malu telanjang ya?"
Ibu Ana hanya menggangguk.
"Kenapa
malu Bu. Ibu harus bangga mempunyai payudara besar. Atau begini saja
Bu. Kalau Ibu malu, aku juga lepas pakaian. Jadi kita sama-sama malu."
Ibu Ana ingin mencegah Anita melepas pakaiannya. Terlambat. Anita sudah melepas daster kaos yang dipakainya.
"Ibu curang. Kenapa tidak lepas pakaian? Aku yang lepas ya Bu?"
Anita
menghampiri Ibu Ana yang setengah menghindar untuk dilepas pakaiannya.
Tetapi akhirnya Anita berhasil melepas kaos ketat termasuk BH yang
dipakai Ibu Ana. Dibelainya kedua payudara Ibu Ana. Ibu Ana sendiri
juga membelai kedua payudara Anita.
"Payudaramu juga indah."
"Tetapi tidak besar Bu. Bagaimana cara menggunakan cream ini Bu?"
Ibu Ana menghentikan keasyikannya membelai kedua payudara Anita. Dia mengambil botol cream tersebut.
Dibukanya dan diambil sedikit. Diusapkannya cream tersebut ke payudara kirinya. Diratakan dan diremas-remas. Anita mengikutinya. Tetapi tidak ke payudaranya. Diambilnya sedikit cream
dan diusapkan ke payudara kanan Ibu Ana. Anita melakukannya dengan
gairahnya yang memanas. Ibu Ana ingin menghindar. Tetapi dia merasakan
bahwa remasannya lebih nikmat dari remasan suaminya sendiri. Dia
mendiamkan Anita meremas kedua payudaranya. Dia bahkan menikmatinya dan
ikut meremas kedua payudara Anita tanpa memakai cream. "Aaahhh... aaahhh.. aaahhh..."
Keduanya
berpandangan dan tersenyum. Anita kemudian memegang kepala Ibu Ana dan
diletakkan di payudara kirinya. Entah mengapa, seolah-olah sudah pernah
melakukan. Bibir Ibu Ana menghisap payudara kiri Anita. Tangannya
membelai dan meremas payudara kanan Anita. Kemudian Ibu Ana merasa puas
dan kemudian merebahkan tubuhnya ke sofa panjang tersebut sambil
kakinya masih di bawah. Anita mengangkat kaki Ibu Ana ke atas kemudian
dia menduduki paha Ibu Ana bagian atas. Diremasnya kedua payudara Ibu
Ana sambil memilin-milin puting payudara kanan Ibu Ana. Tangan Ibu Ana
tidak tinggal diam. Dia ingin juga meremas kedua payudara Anita. Tetapi
Anita pintar menghindar sehingga Ibu Ana setengah jengkel hanya bisa
membelai punggung Anita.
Tidak lama setelah itu Ibu Ana
mendorong punggung Anita sehingga tubuh Anita menindih tubuh Ibu Ana.
Kedua payudara mereka saling menempel. Kemudian mereka saling
menggesek-gesekkan puting kedua payudara. Keduanya sama-sama
mengeluarkan suara.
"Ouohhh..."
"Ehmmm... ehmmm... ehmmm..."
Anita duduk lagi dan membersihkan cream
yang menempel di kedua payudaranya gara-gara didorong Ibu Ana. Ibu Ana
membantu membersihkan tetapi tidak sekedar membersihkan. Diremasnya
payudara kanan Anita dan sekaligus memilin puting payudaranya. Anita
selesai membersihkan cream di kedua payudaranya dan lalu
membersihkan kedua payudara Ibu Ana. Setelah selesai,Anita memegang
kedua tangan Ibu Ana yang asyik mempermainkan kedua payudaranya.
Diletakkannya kedua tangan Ibu Ana ke pundaknya dan mendorong sendiri
tubuhnya menindih Ibu Ana kembali. Kembali kedua payudara mereka saling
menempel. Keduanya kembali sama-sama mengeluarkan suara."Ouohhh..."
Kemudian
Anita duduk lagi dan mengambil sebuah botol yang ada di meja. Botol
tersebut mirip sebuah penis. Disentuhkannya botol tersebut ke bibir Ibu
Ana. Ibu Ana yang telah mencapai puncak kenikmatan berusaha mencoba
untuk menghisap botol tersebut. Tetapi Anita sengaja hanya
menyentuhkannya. Dia menarik botol tersebut dengan lembut turun ke
bawah melalui leher danakhirnya sampai diantara kedua payudara Ibu Ana.
Botol tersebut digesek-gesekkan turun-naik dan Ibu Ana mengimbangi
dengan memegang kedua payudaranya. Dijepitnya botol tersebut dengan
kedua payudaranya sedangkan Anita masih terus menggesek-gesekkannya
secara turun-naik. Tangan kanannya membelai kedua payudara Ibu Ana
bergantian. Anita menghentikan gesekannya dan botol tersebut kini
pindah ke payudara kanannya. Disentuhkannya botol tersebut mengelilingi
payudara kanannya dilanjutkan dengan aksi botol tersebut mengelilingi
payudara kirinya. "Ehmmm... ehmmm... ehmmm..."
Ibu Ana hanya
melihat, dan setelah Anita selesai dengan permainannya, dia memegang
tangan Anita yang memegang botol tersebut. Didorongnya botol tersebut
ke mulutnya. Anita lalu mengeluar-masukkan botol tersebut sambil salah
satu tangannya dibimbing oleh kedua tangan Ibu Ana untuk meremas kedua
payudaranya. Setelah beberapa lama, Anita lalu mengeluarkan botol
tersebut dan botol tersebut yang basah diusapkan ke payudara kirinya.
Kemudian botol tersebut diletakkan ke meja kembali. Ibu Ana yang
melihat payudara kiri Anita basah lalu membersihkan dengan belaian
tangannya yang lembut. Kembali mereka terlena dengan belaian-belaian
yang menggairahkan dilanjutkan dengan saling meremas.
Setelah
puas saling meremas kedua payudara, Anita lalu menyentuhkan kedua
puting payudaranya ke kedua puting payudara Ibu Ana. Pelan-pelan dia
turun menindihi Ibu Ana sehingga kedua payudara mereka saling menempel.
"Ouohhh..."
Tidak puas begitu saja, keduanya kemudian
melanjutkan permainan binal tersebut hingga titik kenikmatan
penghabisan. Sungguh Nikmat hidup ini.
TAMAT