Tia Pembantuku
Sebelumya memang aku bingung, aku ingin
menceritakan kepada siapa, aku takut kalau diceritakan teman-temanku
malah menjadi bumerang bagiku jadi terpaksa kusimpan terus pengalaman
ini dan setelah aku menemukan website anda maka aku merasa aman untuk
menceritakan segala pengalaman-pengalamanku. Sebelumnya aku mohon
kritik dan saran dari teman-teman dan yang ingin berkenalan silakan
menghubungiku melalui e-mail, kutunggu dengan senang hati.
Namaku
Jemz, aku sudah berkeluarga dan mempunyai satu orang anak perempuan
yang lucu dan manis. Sejak istriku melahirkan, dia tidak tinggal lagi
serumah denganku, dia disuruh tinggal di rumah orang tuanya, dengan
alasan agar bayinya lebih terawat. Karena orang tuanya menganggapku
baru pertama kali mempunyai bayi sehingga kurang pengalaman, tapi
sebenarnya bukan hanya itu, sebab anakku adalah cucu pertamanya jadi
dia sangat sayang sekali. Tadinya aku pun disuruh pindah ke rumah orang
tuanya tapi aku tidak mau karena aku paling risih kalau disuruh tinggal
di rumah orang walaupun rumahnya besar tetapi lebih enak tinggal di
rumah sendiri walaupun rumahnya agak kecil (type 70), mau ngapain juga
terserah dan bebas. Oleh sebab itu maka sejak istriku melahirkan sampai
anakku sekarang berumur 3 tahun, istriku masih sering tinggal di rumah
orang tuanya, karena anakku juga sudah terbiasa tinggal di sana jadi
kalau diajak pulang ke rumahku suka tidak betah dan minta pulang ke
rumah neneknya, soalnya kalau di sana rumahnya selalu ramai ada
kakak-kakak iparku yang juga sayang padanya dan selalu dimanjakan
sedangkan kalau pulang ke rumahku tidak seramai di sana, di sini dia
hanya punya 1 orang teman yaitu pembantuku yang kadang-kadang sibuk
mengurusi segala keperluannya, sedangkan aku dan istriku kadang-kadang
sibuk mengurusi pekerjaannya masing-masing.
Karena seringnya
istriku jarang pulang sehingga aku lebih sering tinggal bersama
pembantuku, segala keperluanku semuanya sudah diatur oleh pembantuku,
mulai dari menyiapkan makan, menyiapkan pakaianku untuk ke kantor dan
segala-galanya disiapkan olehnya. Hanya satu yang dia tidak bisa
membantu yaitu tentang urusan seks. Memang untuk urusan yang satu itu
jika aku lagi kepingin aku menyuruh istriku pulang dan aku melakukannya
sampai sama-sama puas, tapi bagaimana kalau istriku tidak bisa pulang
atau dia lagi kedatangan "tamu" bulanannya? Itulah yang menjadi kendala
bagiku, lagi-lagi aku harus bermasturbasi (beronani) sendiri sambil
menonton VCD porno atau membaca buku karangan Enny Errow, sambil
mengelus-elus alat vitalku yang kian mengeras, tak terasa lama-lama aku
jadi mengocoknya sampai akhirnya... "Cret... cret..." air maniku
keluar. Malah pernah suatu kali aku lagi kepingin berat, ternyata
istriku tidak bisa pulang, karena hari itu dia benar-benar capek sekali
habis pulang kantor. Dan kalau begini urusannya pasti harus beronani
ria lagi deh, maka cepat-cepat aku memutar VCD porno yang baru kupinjam
dari temanku di kantor. Sambil menonton aku memainkan batang kemaluanku
yang sudah menegang, tapi sampai tanganku pegal aku belum orgasme juga,
maka aku pindah ke kamar tidurku dan melepaskan semua pakaian yang
melekat di badanku hingga aku benar-benar polos alias bugil.
Aku
tidak sadar kalau pintu kamarku tidak tertutup rapat tidak tahunya
pembantuku itu rupanya dari tadi mengintipi aku. Memang biasanya kalau
aku sedang onani atau aku sedang bermain bersama istriku, pembantuku
kusuruh jangan masuk ke ruang keluarga. Rupanya dia jadi curiga, sedang
apa aku di sana dan rupanya dia sering mengintipiku tanpa kusadari. (Oh
ya, belum kukasih tahu ya, pembantuku itu orangnya memang agak cantik,
pendidikannya SMP, badannya langsing, rambutnya sebahu, kulitnya putih
bersih, (mirip seperti artis siapa ya...) tingginya sama seperti
istriku, umurnya baru 19 tahun, kalau dilihat sekilas sepertinya dia
tidak cocok deh jadi pembantu mungkin cocoknya jadi istri keduaku kali
ya). Statusnya juga tidak jelas, janda bukan perawan juga bukan, karena
dia pernah dikawinkan oleh orang tuanya, dengan lelaki yang sudah
berumur sekitar 55 tahun dan baru kawin 5 hari dia kabur dari rumah
suaminya, karena tidak tahan dengan perlakuan suaminya yang sering
meminta yang tidak-tidak, dia bercerita kepada istriku. Istriku malah
menanyakan lagi yang tidak-tidak bagaimana sih maksudnya.
"Itu
loh Bu (Ibu adalah panggilan untuk istriku) aku disuruh nungging eh
tahu-tahu pantat saya ditusuk sama kontol suami saya, wah... sakitnya
bukan kepalang Bu, malah sehabis digituin oleh suami saya jadi tidak
bisa tahan lagi kalau saya sakit perut tau-tau langsung berak aja,
habis lubangnya jadi gede kali dan tidak bisa balik lagi, padahal kan
sudah ada tempatnya Bu, eh malah cari-cari lubang yang lain, ini aja
juga lubang memek saya jadinya gatal terus maunya dipegangin aja,
padahal kan saya juga sudah kasih tau ke suami saya masukinnya di
lubang memek aja Mas, jangan di pantat soalnya sakit sekali Mas dan
saya jadi tidak bisa nahan berak, tapi dia masih aja nusuknya di lubang
pantat, coba aja Ibu bayangin selama 5 hari pantat saya ditusukin
terus, dari pada digituin setiap hari mendingan saya kabur aja ke
Jakarta."
Aku tahu itu karena aku sering "nguping" pembicaraan
istriku dengan pembantuku yang cantik itu. Aku baru sadar kalau
pembantuku itu "ngintipi" aku, ketika dia ngintip rupanya dia sambil
masturbasi juga, baju roknya diangkat ke atas tanpa pakai CD, jari
tangan kanannya dimasukkan ke dalam liang kemaluannya, matanya sambil
merem-melek dan tanpa disengaja rupanya dia telah mendorong pintu
kamarku yang memang tidak tertutup rapat, aku kaget setengah mati
karena tahu-tahu dia sudah berdiri di depan kamar sambil masturbasi dan
dia juga tidak kalah kagetnya karena ketahuan mengintipku, maka dia
langsung bilang, "Maaf ya Pak tadi saya tidak sengaja menyentuh pintu
kamar Bapak, saya lagi mau nyapuin lantai." Memang sih di sebelah dia
ada sapu lantai, aku langsung saja jawab, "Itu tangan kanan kamu kenapa
pegangin memek terus, emangnya takut hilang?" rupanya dia tidak sadar
bahwa baju roknya masih terangkat ke atas dan tanpa CD sehingga dengan
jelas aku dapat memandangi kemaluannya yang indah disertai bulu-bulu
halus yang baru mulai tumbuh. "Eh.. anu... Pak, tidak apa-apa,"
jawabnya, dan buru-buru ia menutupi dengan baju roknya dan aku pun
dengan gerakan refleks menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang
masih telanjang. "Tia sini deh bisa tolong pijitin saya, badan saya
pada sakit nih," kataku sambil pura-pura mengalihkan pembicaraan.
Sambil
ragu-ragu akhirnya ia menghampiriku dan berdiri di dekat ranjang. "Ayo
Tia pijitin dong! jangan diam saja," dan akhirnya dia pun mau memijiti
badanku. Setelah beberapa lama dia pun bertanya kepadaku, "Pak, tadi
Bapak lagi ngapain sih, kok sambil telanjang?"
"Ah.. tidak, saya lagi pakai obat biar tetap kuat," jawabku seenaknya.
"Memangnya kalau tidak pakai obat, tidak kuat ya Pak?"
"Sembarangan,
emangnya kamu kamu coba," kataku lagi, "Laah kamu sendiri ngapain, lagi
nyapu kok tangannya dimasuk-masukin ke memek?"
"Ah.. nggak Pak, ini memek saya dari pagi gatal terus maunya dipegang-pegang aja..."
Coba sini saya periksa, jangan-jangan kamu terkena penyakit lagi."
"Ah jangan Pak, saya malu, biar saya garuk sendiri aja, tapi ngomong-ngomong Bapak juga lagi ngapain, kok telanjang sendirian?"
"Ah, tidak, saya juga dari pagi lagi gatal nih."
"Ibu nggak datang ya Pak?""Tidak, Ibu kecapean kali. Habis di kantornya lagi banyak kerjaan."
"Pak, kalau saya garukin mau nggak Pak?"
"Ia sini garukin saya, tapi pelan-pelan ya."
"Tenang saja Pak kalau soal garuk-menggaruk saya sudah ahli Pak, soalnya saya pernah diajari oleh bekas suami saya."
Tanpa
buang waktu lebih lama dia langsung mengusap-usap batang kemaluanku
yang dari tadi sudah berdiri tegak, dan tanpa disuruh dia juga langsung
menciumi batang kemaluanku serta menjilatinya persis seperti anak kecil
dibelikan es krim.
"Eh Tia, (Setiawati nama pembantuku) kamu kok pintar banget sih, belajar dari mana?"
"Maaf
ya Pak, saya sering ngintip Bapak waktu lagi nonton film porno, jadi
saya sudah tau caranya, cuma saya masih ragu apakah Bapak mau berbuat
begitu sama saya, soalnya saya kan cuma pembantu."
"Pembantu kan cuma jabatannya tapi kalau memeknya kan sama aja."
"Iya
Pak tapi saya pernah dipesan oleh Ibu. Kamu jangan coba-coba ngerayu
suami saya ya, nanti saya keluarin kamu, makanya Pak, Bapak jangan
bilang-bilang sama Ibu ya, nanti kalau saya dikeluarin bagaimana, saya
mau tinggal di mana Pak."
"Iya deh, saya juga tidak bakalan bilang
sama Ibu. Pokoknya begini aja deh kalau ada Ibu kamu tidurnya di kamar
kamu tapi kalau tidak ada Ibu kamu tidurnya di sini aja sama saya."
"Iya deh Pak, tapi saya tidak kuat tidur di kamar ini soalnya AC dingin sih Pak.
"Nantikan ada saya, kalau sudah dipelukin juga nggak dingin lagi."
Memang
sih dari dulu juga aku sudah punya niat mau "gituin" dia kalau lagi
tidak ada istriku daripada ngocok sendiri. Tapi aku masih ragu,
jangan-jangan dia "ngaduin" macam-macam ke istriku, wah.. bisa gawat
tuh. Tapi tidak tahunya malah kebalikan dia malah suka, kalau tahu dia
suka, dari dulu saja, jadi tidak usah onani sendiri betul tidak
teman-teman? Soalnya aku terus terang saja paling tidak suka sama
cewek-cewek WTS, soalnya bukanya apa-apa, penyakitnya itu yang paling
repot dan juga bayarannya yang mahal. Ya, paling tidak kalau kita mau
yang bersih, bayarannya yang "gope" ke atas kalau yang "gope" ke bawah
itu mah tidak bisa dijamin kebersihannya, malah pernah temanku main
yang harga bookingannya Rp.350.000 katanya bersih tapi tidak tahunya
tetap saja kena penyakit. Daripada buang-buang duit dan cari penyakit
buat cuma "ngecret" doang mendingan ngocok sendiri. Memang sih waktu
dulu aku masih kerja di PT.XXX gajiku sangat berlimpah, aku cuma kasih
ke istriku setengahnya dan sisanya kusimpan sendiri. Dia memang tidak
tahu kalau gajiku dua kali lipatnya, belum tunjangan-tunjangan lainnya
seperti uang makan, uang transport, uang perbaikan mobil, uang kopi dan
lain-lain, pokoknya yang dia tahu gajiku cuma segitu, sudah mencangkup
segala-galanya. Itu saja dia juga masih bisa menyimpan setengahnya dari
gaji yang kuberikan setiap bulannya. Wah kalau dipikir-pikir waktu dulu
aku benar-benar "happy" banget deh, hampir tiap minggu aku "main"
dengan cewek dengan tarif yang high class. Kalau dihitung-hitung sudah berapa puluh juta uang yang dibuang percuma untuk "ngecret" doang.
Sambil
terus melamun batang kemaluanku terus dihisap serta dijilati oleh Tia
pembantuku. Tiba-tiba dia berkata, "Kok, ngelamun Pak, pasti keenakan
ya.."
"Iya, habis kamu tidak dari dulu sih bilang kalau kamu juga suka ngeseks.."
"Iya Pak, saya juga nyesel tidak dari dulu bilang ke Bapak, habis saya takut sih.."
"Eh, Tia ngomong-ngomong waktu dulu, kalau kamu lagi kepingin bagaimana..?
"Ya.. saya main sendiri Pak, kadang-kadang kalau saya ke pasar saya beli ketimun Pak buat main sendiri.."
"Wah... berarti ketimun yang kamu sering masak bekas kamu pakai ya..?"
"Tidak Pak, kan saya beli ketimunnya banyak Pak, lagian kalau habis dipakai untuk itu biasanya ketimunnya bonyok Pak.."
"Tapi
pernah kan kamu kasih saya timun yang hancur? waktu itu kamu bilang
timunnya hancur gara-gara tas plastik bawaan kamu putus hayyyoo..."
"Iya
deh Pak, saya minta maaf lagi, soalnya waktu itu saya kepengen berat
Pak, jadi saya pakai dulu ketimunnya, sehabis saya main saya pergi lagi
ke pasar untuk beli ketimun eh.. sudah kehabisan Pak, jadi saya pakai
saja yang itu, soalnya Bapak kalau makan kan musti ada lalapannya. Tapi
tidak usah kawatir Pak, timunnya sudah saya cuci bersih kok Pak..."
"Tapi rasanya lain ya Tiaaa, saya juga sudah curiga.."
"Lain bagaimana Pak?"
"Ya, rasanya lebih enak dan gurih, pasti karena sudah kecampur dengan lendir kamu.."
"Ah.. masa Pak, kalau begitu lain kali sebelum dimakan saya pakai dulu ya Pak, soalnya sayang kan dari pada dibuang."
"Ya
lain kali ngapain kamu pakai ketimun lagi, kan kamu bisa bilang ke saya
nanti saya kasih ketimun saya yang lebih enak dan empuk."
"Ia Pak,
kok Bapak punya gede banget sih Pak, kayak ketimun saja, punyanya bekas
suami saya saja tidak segini besar Pak, wah.. pasti enak banget ya Pak
kalau dimasukin ke memek saya. Pak tangan Bapak jangan diam saja dong
Pak, mainin memek saya dong, soalnya memek saya juga sudah gatal Pak
dari tadi."
"Lah.. tadi saya mau garukin katanya kamu bisa garuk sendiri.."
"Ya kan tangan saya sudah sibuk garukin punya Bapak, jadi saya tidak sempat Pak.."
"Ya
sudah kamu naik dong ke ranjang saya dan baju kamu juga dicopot
semuanya, saya saja sudah telanjang kok kamu masih pakai baju..."
"Iya Pak.."
"Tia, kalau begitu kita main 69 aja ya, supaya bisa sama-sama saling jilatin.."
"Aaahh...
Enak banget Pak... terus Pak... achh... ohh... ahhh... Pak kita masukin
aja yuk Pak, saya sudah tidak tahan nih... Kayaknya saya sudah mau
keluar... Aaahhh... haaayyooo Pakk masukin ajaa... saya sudah tidak
tahan niihh..."
Tapi aku masih terus tahan tidak mau langsung dimasukin dulu, aku mau bikin dia gila dan ketagihan, aku masih terus menjilati serta mengisap klitorisnya yang bikin dia tergila-gila.
"Aaahh.. haayoo Pakk masukin ajaa... saya sudahh nggak tahaan niihh.. Aaahhh... haayyoo Pakk masukin ajaa..."
Tanpa
buang waktu dan disuruh lagi, dia langsung membalikkan badan dan dia
naik di atas badanku serta dimasukannya batang kemaluanku ke dalam
liang kemaluannya yang sudah basah akibat lendir kenikmatan.
"Aaahhh...
haayooo Pakk masukin biar dalam Pak! terus Paakkk dorong Pak dari bawah
ini musti masuk semua ke dalam memek saya Paakk jangaan disisain
Pakk..."
Sambil terus menggoyangkan pantatnya dia berusaha
memasukkan batang kemaluanku yang besar dan panjang ini. Aku tidak
tinggal diam, aku berusaha mendorongnya kuat-kuat batang kemaluanku ke
dalam liang kemaluannya tapi rasanya sudah tidak bisa masuk lagi karena
sudah mentok, karena batang kemaluanku panjangnya 20 cm dengan
diameternya 4 cm sedangkan lubang kemaluannya mungkin kedalamannya cuma
sekitar 16-17 cm jadi tidak bisa masuk semuanya.
Oh ya, aku
belum menceritakan mengapa batangku bisa panjang seperti itu, ceritanya
waktu aku kuliah di Bandung aku pernah datang ke salah satu dukun
pengobatan, nah di situ aku diberi ramuan obat dan batang kemaluanku
dimasukkan ke dalam bambu yang sudah kupilih sesuai dengan kemauan kita
dan kira-kira 1 jam ketika aku bangun ternyata batang kemaluanku sudah
membesar seperti itu, memang pada saat itu aku tidak sadarkan diri, aku
tahu dari cerita teman wanita di tempat kostku, memang waktu aku ke
sana aku diantar olehnya tadinya aku tidak percaya loh, tapi
kenyataannya? malah sehabis itu, Sita teman kuliahku itu jadi lengket
sama aku, karena cuma aku yang berani mengambil bambu sebesar itu, dan
sebelumnya waktu dia mengantar teman-temanku yang lain mereka hanya
mengambil bambu yang lebih kecil dari aku. (Maaf ini bukan promosi tapi
sekedar informasi saja).
"Pak... sekarang gantian dong saya yang
di bawah, Bapak yang di atas supaya lebih bervariasi gitu..." sambil
batang kemaluanku masih menancap pada lubang kemaluannya, aku merubah
posisi yang tadinya aku di bawah sekarang aku di atas sehingga aku
lebih leluasa memandangi tubuhnya yang mulus tanpa dibungkus sehelai
benang pun yang baru pertama kali aku melihatnya. Memang payudaranya
tidak sebasar milik istriku tapi aku justru lebih bergairah melihat
payudara yang baru tumbuh dengan puting susunya yang masih
kemerah-merahan.
"Ayo dong Pak... dorong yang kencang, jangan
ngelamun terus, ayoo aahhh saayaaa sudah ngggaak tahaan niihh aaahhh...
sshhh... aahhh sayaaa sudah mau keluar nihh... ini Pak, susu saya juga
diisepin dong..."
Memang dari tadi aku lebih banyak pasif dari pada
aktifnya sehingga dia lebih banyak protesnya maka aku pun langsung
mengisap puting susunya yang sebelah kanan dan yang selelah kiri
kumainkan dengan tanganku. Sementara untuk yang bagian bawah itu urusan
kemaluanku.
"Ssshhh... aaahh.. enak ya Tia, lubang kamu masih sempit walaupun sudah banyak lendirnya..."
"Iyaa.. terruuusss Paakk dorong lagi yang kencang, aahh.. sshhh... sayaaa sudah enggak taahan nih..."
Tiba-tiba aku mencabut batang kemaluanku dari lubang kemaluannya.
"Kenapa dicabut Pak? Hayo masukin lagi Paak... cepat Paakk!"
"Tunggu Tia, saya mau pakai kondom dulu, soalnya saya takut nanti kamu hamil..."
"Iya Pak, ceepett Pak pakainya, saya sudah tidak tahan nih mau keluarrr.."
Sesudah memakai kondom maka aku pun memasukkan kembali batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya, tiba-tiba...
"Acch..."
Dia memelukku erat sekali sampai aku susah sekali bernafas.
"Aaahhh..
aaahhh... saya sudah tidak tahan Pak, saya mau keluaaarrr aahh...
ssshh... wah eeenaak sekali Pak, aachhh... aaahhh tapi Bapak belum
keluar ya?"
"Iya saya juga sebentar lagi... makanya saya pakai
kondom supaya saya bisa keluarin di dalam. Tia sekarang kamu nungging
ya, saya mau masukin dari belakang..."
"Ah jangan Pak, nggak mau ah nanti pantat saya sakit."
"Tidak, saya juga tidak mau masukin di pantat, saya masukinnya di memek kamu tapi kamu nungging ya..."
"Begini Pak..."
"Iya.."
Ternyata
dengan posisi nungging lubang kemaluannya semakin sempit, lebih terasa
gesekannya. Dan akhirnya aku pun mengakhiri permainanku karena aku pun
sudah orgasme.
"Aahhh... Terima kasih Tia kamu sudah membantu saya..."
"Terima kasih juga Pak, Bapak juga telah membantu saya, rupanya kita sama-sama kesepian ya Pak."
"Iya dan hobi kita juga sama ya Tia, suka mencari kenikmatan dengan berseks ria."
"Iya Pak, saya juga capai sekali Pak..."
"Iya sudah kamu tidur di sini saja sekalian temani saya tidur."
"Iya deh Pak, tapi dipelukin ya Pak, saya kedinginan nih..."
"Iya deh.. Oh ya Tia, bagaimana kalau besok kita ke klinik..."
"Emangnya mau apa Pak, gatal saya sudah sembuh kok Pak."
"Bukan
maksud saya kamu pakai kontrasepsi aja, jadi saya tidak harus pakai
kondom terus, kan kamu juga tidak enak kalau ada plastiknya, nanti
kalau ditanya sama dokternya bilang aja kamu istri saya dan kamu tidak
mau hamil dulu karena kamu masih sekolah."
"Iya deh Pak, kita atur aja Pak, supaya kita sama-sama bisa enak."
Dan
sejak malam itu kalau istriku tidak ada di rumah, maka Tia yang selalu
menemaniku tidur. Tapi sayang Lebaran nanti dia mau pulang kampung
untuk menengok orang tuanya, dan dia berjanji akan kembali ke Jakarta,
tapi aku ragu apakah dia diperbolehkan kembali ke Jakarta oleh orang
tuanya? Kita lihat saja nanti, yang pasti dalam beberapa minggu aku
pasti kesepian lagi.Oke deh, saya akhiri dulu cerita pengalaman saya,
nanti saya sambung lagi deh, soalnya sudah capek nih. Oh ya, untuk
saran dan kritik serta yang mau kenalan langsung aja ke e-mail saya,
pasti saya balas.
TAMAT