Ayo Sini..Om Bantuin, Bag 2
Setelah diam sesaat, kembali kurebahkan
badan War telentang dan kulihat dari matanya yang tertutup itu sisa air
matanya dan segera kucium kedua matanya dan sedikit demi sedikit
cimmanku kuturunkan ke hidungnya dan terus turun ke pipi kirinya,
setelah itu kugeser ciumanku mendekati bibirnya. Karena War masih tetap
diam dan tidak menolak, keberanianku semakin bertambah dan secara
perlahan-lahan kugeser ciumanku ke arah bibirnya, dan tiba-tiba saja
War menerkam dan memelukku serta mencari bibirku dengan matanya yang
masih tertutup. Aku berciuman cukup lama dan sesekali lidahku
kujulurkan ke dalam mulutnya dan War mengisapnya. Sambil tetap
berciuman, kurebahkan badannya lagi dan tangan kananku segera
kuletakkan tepat di atas buah dadanya yang terasa sangat kenyal dan
sedikit kuremas. Karena tidak ada reaksi yang berlebihan serta War
bukan saja mencium bibirku tapi seluruh wajahku, maka satu persatu
kancing baju SMU-nya berhasil kulepas dan ketika kusingkap bajunya,
tersembul dua bukit yang halus tertutup BH putih tipis dan ukurannya
tidak terlalu besar.
Ketika kucoba membuka baju sekolahnya dari
tangan kanannya, War kelihatannya tetap diam dan malah membantu dengan
membengkokkan tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari tangan
kanannya, segera kucari kaitan BH-nya di belakang dan dengan mudah
kutemukan serta kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih tetap
berciuman, kadang dibibir dan sesekali di seluruh wajah bergantian.
BH-nya pun dengan mudah kulepas dari tangan kanannya dan ketika
kusingkap BH-nya, tersembul buah dada War yang ukurannya tidak terlalu
besar tapi menantang dan dengan puting susunya berwarna kecoklatan.
Dan
dengan tidak sabar dan sambil meremas pelan payudara kanannya,
kuturunkan wajahku menyelusuri leher dan terus ke bawah dan sesampainya
di payudaranya, kujilati payudara War yang menantang itu dan sesekali
kuhisap puting susunya, sementara War meremas-remas rambutku seraya
terdengar suara lirih, "aahh..., aahh..., ooomm..., ssshh..., aahh".
Aku paling tidak tahan kalau mendengar suara lirih seperti ini, serta
merta penisku semakin tegang dan kugunakan kesempatan ini sambil tetap
menjilati dan menghisap payudara War, kugunakan tangan kananku untuk
menelusuri bagian bawah badan War.
Ketika sampai di celana
dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang
basah. Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari
tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir
vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang
dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, "aahh..., ssshh...,
ssshh..., aahh". Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War
mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di
vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang
ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah
yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus
ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan
ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.
Lalu
perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War
seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar
itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War
mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang
menggunung di dalam CD-nya.
Badan War menggelinjang saat
ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas
gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya
seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil
meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, "ssshh...,
aahh..., ssshht..., ooom..., aahh". Sambil kujilati lipatan pahanya,
kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka,
kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga
terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.
Setelah berhasil
melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai,
kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua
pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan
vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan
dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata,
"Jaa..., ngaan..., Ooom", sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan
kedua tangannya.
Karena takut War akan marah, maka dengan
terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi
sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan
komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih
bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku.
Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang
sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan
saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar
bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha
untuk melepas baju dan celanaku sendiri.
Setelah aku berhasil
melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas
karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang
tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik
di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas
badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku
sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak
sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War. Karena tidak
tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat,
tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah
merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak
kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua
kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas
vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan
meciumi seluruh wajahku.
Sambil masih tetap kujilat dan ciumi
seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan
badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah
beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan
kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari
tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina
War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan
sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan
meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya
dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis, "Ssshh..., ssshh...,
aahh..., ssshh", sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk
punggungku.
Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan
jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan
kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke
vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian
dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, "ssshh...,
ssshh..., ooom..., aahh..., ssshh", dan pantatnya diangkat naik turun
pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya,
segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah
bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan
tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.
Kuperhatikan
wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta
menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat
telingaku, "Aduuuhh..., ooomm..., Jangaannn..., sakiiittt..., Asiihh..,
takuuut., Oom". Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera
kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium
telinganya serta kubisikan, "Tidak..., apa-apa..., sayaang..., Oom...,
pelan-pelan saja..., kok", untuk menenangkan ketakutan War. War tidak
segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih
memelukkan kedua tangannya di punggungku.
Karena dia diam saja
dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan
kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih
di dekat telingaku, "Aduuuhh..., sakiiittt..., ooom..., Asihh..,
takuuut", padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya
perlahan-lahan.
Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali
kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang
vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus
rambutnya sambil kubisiki, "Takut apa sayang..". War tidak segera
menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan
ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan
memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War
mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku
tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku
lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War
sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku
ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.
Sementara aku diamkan
saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya.
Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War
berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua
tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan
perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang
kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata
karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke
dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti
menahan sakit.
Karena penisku belum juga menembus vaginanya,
lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina
War dan, "Bleeesss", terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina
War dan, "aahh..., sakiiit..., ooom….", kudengar suara War sambil
seperti menahan rasa sakit dan berusaha menarik pantatku. Untuk
sementara tidak kugerakkan pantatku dan setelah kulihat War mulai
tenang dan kembali mau menciumi wajahku, lalu perlahan-lahan kutekan
penisku yang sudah menembus vaginanya supaya masuk lebih dalam lagi.
"aahh..., oom..., pelan..., pelaan..", kudengar War berkata lirih.
"Iyaa...,
sayaang..., ooom pelah-pelan", jawabku serta kubelai rambutnya. Setelah
kudiamkan sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik turun sangat pelan
agar War tidak merasa kesakitan, dan ternyata berhasil, wajah War
keperhatikan tidak tegang lagi sehingga pergerakan penisku keluar masuk
vagina War sedikit kupercepat dan belum berapa lama terdengar suara
War, "ooom..., ooom..., aaduuuhh..., ooomm..., aahh", sambil kedua
tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi keseluruhan
wajahku dengan sangat bernafsu dan badannya berkeringat, lalu War
berteriak agak keras, "aahh..., ooomm..., aduuuhh..", lalu War terkapar
dan terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Aku yakin kalau
War sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan naik.
Karena kulihat War sepertinya sedang kelelahan dengan kedua matanya
tertutup rapat, jadi timbul rasa kasihanku, lalu sambil kuseka keringat
wajahnya kuciumi pipi dan bibirnya dengan lembut, tapi War tidak
bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya bibirku yang sedang menciumnya
seraya berkata lirih, "ooom..., nakal..., yaa, War baru sekali ini
merasakan hal seperti tadi", sambil mencubit punggungku. Aku tidak
menjawab komentarnya tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah mulai
teratur dan secara perlahan-lahan aku mulai menggerakkan penisku lagi
keluar masuk vagina War.
Kuperhatikan War mulai terangsang lagi,
War mulai menghisap bibirku dan mulai mencoba menggerakkan pantatnya
pelan-pelan dan gerakannya ini membuat penisku seperti di pelintir
keenakan. Gerakan penisku keluar masuk semakin kupercepat dan demikian
juga War mulai makin berani mempercepat gerakan putaran pantatnya,
sambil sesekali kedua tangannya yang dipelukkan dipinggangku berusaha
menekan sepertinya menyuruhku untuk memasukkan penisku ke dalam
vaginanya lebih dalam lagi dan kudengar War mulai bersuara lagi...,
"aahh..., aahh..., ooohh..., oomm..., aah", dan tidak terasa akupun
mulai berkicau, "aacchh..., aahh..., Siiihh..., enaakk..., teruuus...,
Siiih". Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan kudengar juga nafas War
semakin cepat, dengan perlahan-lahan kupeluk badan War dan segera
kubalik badannya sehingga sekarang War sudah berada di atasku dan
kupelukkan kedua tanganku di pantatnya, sedangkan wajah War ditempelkan
di wajahku. Dengan sedikit makan tenaga, kucoba menggerakkan pantatku
naik turun dan setiap kali pantatku naik, kugunakan kedua tanganku
menekan pantat War ke bawah dan bisa kurasakan kalau penisku masuk
lebih dalam di vagina War, sehingga setiap kali kudengar suaranya
sedikit keras, "aahh..., oooh". Dan mungkin karena keenakan, sekarang
gerakan War malah lebih berani dengan menggerakkan pantatnya naik turun
sehingga kedua tanganku tidak perlu menekannya lagi dan setiap kali
pantatnya menekan ke bawah sehingga penisku serasa masuk semuanya di
vagina War, kudengar dia bersuara keenakan, "Aahh..., aah disertai
nafasnya yang semakin cepat, demikian juga aku sambil berusaha menahan
agar maniku tidak segera keluar.
Gerakan War semakin cepat saja
dan kurasakan wajahnya semakin ditekankan ke wajahku sehingga kudengar
nafasnya yang sangat cepat itu di dekat telingaku dan, "Aduuuh...,
aahh..., aahh..., ooomm.., War..., mauuu.., keluaar..., aah".
"Tungguuu..., Waarrr.., kitaa..., samaa..., samaa., ooom.., Jugaa.., mauuu..., keluarr".
"aahh...,
aahh..., ooomm", teriak War sambil mengerakkan pantatnya menggila dan
akupun karena sudah tidak tahan menahan maniku dari tadi segera
kegerakkan pantatku lebih cepat dan, "Crreeettt..., ccrreeett...,
ccccrrreeett..., dan "aahh..., siiihh..., ooom keluaar", sambil kutekan
pantat War kuat-kuat.
Setelah beristirahat sebentar, kuajak War
ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan War kembali menjatuhkan
badannya di tempat tidur, mungkin masih merasakan kelelahan. Tak terasa
jam sudah menunjukkan hampir jam 12 siang dan segera saja kupesan makan
siang.
TAMAT