Cinta Berbalut Birahi
Devi dan Sony adalah dua remaja yang
sedang dimabuk cinta, keduanya mengagungkan kesetiaan dan ketulusan
dalam mengarungi perasaan kasih sayang yang selama ini menghinggapi
kedua sejoli itu. Hubungan mereka telah terjalin selama 3 bulan dan
dipenuhi dengan kisah-kisah romantis yang indah. Janji untuk saling
setia dan mengasihi selamanya sampai ajal menjemputpun diucapkan.
"Dev!, Aku punya kaset CD menarik yang bercerita tentang gejolak cinta
anak muda Amerika!", Kata Sony kepada Devi saat istirahat di sekolah.
"Wah menarik sekali! Ingin rasanya aku menonton", respon Devi penuh antusias.
"Kalau
begitu habis sekolah kita nonton bareng di rumahku, kebetulan rumah
sedang kosong, Mama dan Papa sedang ke Medan, kakakku ke Surabaya
ngurus skripsinya, pembantu pulang kampung jadi aku sendirian nich!",
tawar Sony pada gadis cantik di depannya.
"Cihui!, Kita bisa bebas dong, nggak ada mata sinis atau muka cemberut dari ortumu!", teriak Devi kegirangan.
"Jangan gitu dong!, jelek-jelek mereka orang yang memeliharaku lho".
"Maaf deh!, maaf aku hanya bercanda".
"Teeet!"...,
"Teeet!" "Waduh bel masuk sudah berbunyi tuh! Yuk, kita masuk ke kelas!
Oh ya, kutunggu kau di depan gerbang sekolah".
"Cup!", Sony mencium kening Devi dengan mesra.
"Saya mencintaimu Dev!".
"Saya juga mnecintaimu Son!".
Keduanyapun segera menghambur menuju kelas masing-masing.
"Ayo
Dev masuk, nggak usah sungkan nggak ada orang kok, anggap aja rumah
sendiri", ajak remaja tanggung yang memiliki wajah mirip Keanu Reves
kepada Devi, gadis bertubuh montok berwajah cantik yang berhasil
digaetnya tiga bulan lalu dengan perjuangan yang gigih.
"Aku ambil minum dulu, kamu langsung aja puter filmnya, ini CD-nya".
Tanpa
diperintah lagi Devi langsung meraih kaset CD dari tangan Sony dan
langsung memasukkannya dalam VCD Player yang ada di ruang keluarga.
"Gimana Dev filmnya, bagus nggak?", tanya Sony saat keluar dari dapur dengan membawa sebotol air putih beserta 2 gelas.
"Belum tahu dong, baru saja mulai".
"Wah!, bintangnya ganteng dan cantik lho Son, seperti kita berdua".
"Bisa saja kamu".
Merekapun
tampak asyik masyuk menikmati film di layar gelas 29 inci. Keduannya
sangat mesra, mereka duduk dengan perpelukan, sesekali Sony mencium
pipi Devi yang merah dan mulus, Devipun tak mau kalah, dia balas
mencium. Siang itu agaknya dunia berpihak pada mereka. Suasana rumah
yang sepi membuat mereka berdua leluasa menumpahkan kasih sayang selama
ini terkekang oleh aturan orang tua. Namun canda dan tawa mereka
tiba-tiba terhenti berganti dengan desahan-desahan halus dari speaker
sub woofer TV, tubuh kedua remaja itu menegang, wajah mereka memerah
seperti kepiting rebus, nafas mereka terdengar memburu. Tatapan mata
mereka tertuju pada adegan film yang membuat jantung berdegup kencang.
Devi
dan Sony tampak menghayati permainan dua insan berlainan jenis tanpa
sehelai benang pun saling berpagutan, mengulum, berciuman, menjilati
kemaluan, erangan halus dan desahan nafas bintang remaja amerika itu
mematri amat kuat dalam ingatan mereka berdua. Nafsu birahi dua sejoli
yang sedang dilanda kasmaran merambat naik membuat keduanya menggigil
menahan gejolak yang sangat kuat.
"Dev, aku mencintaimu, aku men..., men.., menyayangimu", kata Sony dengan suara bergetar sembari mencium tangan Devi.
"Aku
jug..., juga cinta kamu Son", kata Devi terbata-bata Keduanya saling
berpandangan,nafsu birahi mereka mencuat dirangsang oleh tontonan yang
aduhai dan memabukkan.
"Devi..., aku ingin kita bersatu jiwa dan raga".
"Maksudmu?".
"Aku ingin kita melakukan seperti difilm itu".
"Maksudmu hubungan seks!" kata Devi terkejut, Sony hanya menganggukkan kepala.
"Tidak Son, Kita belum meni..."
Belum
selesai perkataannya, tubuh Devi menggigil hebat saat sangat Sony
merayapi buah dadanya yang telah mengeras melalui sela-sela kancing
baju.
"Kau cantik Dev, aku ingin mencurahkan kasih sayangku padamu", bisik Sony sambil lidahnya menjilati daun telinga Devi.
"Son!, jang..., an Son jang...".
"Tidak Dev, kau adalah milikku, kita akan bersama selamanya dan tidak akan pernah berpisah".
Devi
tak kuasa menolak ajakan bejat dari Sony untuk melakukan hubungan
badan, nafsu birahinya telah menguasai akal sehatnya. Sony mulai
melakukan serangan kepada Devi, memory gerakan yang ada difilm segera
saja dipraktekkan. Sony memagut bibir Devi dan Devipun membalas dengan
hangat, keduanya saling mengulum dan berpelukan mesra. Walau masih
pelajar SMU tangan sony telah terampil untuk membuat rangsangan dahsyat
ke tubuh Devi yang sintal dan mulus itu. Satu persatu kancing baju
seragam Devi dilepasnya dan kini tampak kutang berwarna putih menyembuh
keluar. Melihat kutang Devi, Sony tak tahan lagi, dia langsung melepas
kutang itu dan membenamkan wajahnya di buah dada yang ranum milik Devi.
Disedot-sedotnya puting susu Devi yang kenyal.
"Ahh..., uuuh...,
ahh..., uuuh", Devi tampak mengerang keenakan ketika tangan kiri Sony
mulai meremas-remas buah dada Devi dan mulutnya menyedot puting susu
Devi. Perlakuan itu membuat nafas gadis cantik yang masih perawan itu
memburu dan tubuhnya menggelinjang tak karuan.
"Son..., uhh...,
ugh..., ahh!", mulut Devi menganga saat mengerang menahan hentakan
nafsu dan aliran hawa aneh yang belum pernah dia rasakan selama ini.
Mendengar
erangan Devi yang erotis membuat penis Sony mengeras dan menegang.
Penis yang selama ini hanya dipuaskan dengan tangan, agaknya akan
menemukan lubang fantasi yang sebenarnya telah diinginkannya sejak
lama. Nafasnya memburu peluh mulai bercucuran seiring dengan naiknya
panas tubuh mereka. Sony mulai menyusuri tubuh Devi yang montok, dia
mengendus-endus dan mencium serta menjilati perut Devi, membuat gadis
berumur 17 tahun itu kegelian dibuatnya. Rok abu-abu yang masih melekat
segera dilepas Sony dengan setengah paksa.
"Dev, kau cantik sayang, tubuhmu indah, hmm, nikmat!", rayuan gombal Sony membuat perasaan Devi melambung menembus awang-awang.
"Son.., lakukanlah!.., lakukanlah!".
"Sabar Dev, kita akan bersama-sama menjumpai kenikmatan yang maha dahsyat yang belum pernah kita rasakan.
"Agghh...,
ughh..., uuuh..., ahh", tubuh Devi menggelinjang,nafasnya memburu dan
dari mulutnya keluar erangan kenikmatan saat tangan nakal Sony meremas
vagina Devi yang masih tertutup celana dalam berwarna hitam.
Lelaki berumur 19 tahun itu menindih tubuh kekasihnya, ditatapnya wajah cantik dengan bibir merah merekah dengan mesra.
"Buka
matamu Dev, rasakan aliran nikmat yang terus menerjang dan
mendesak-desak tubuh kita", pinta Sony saat melihat mata Devi terpejam
karena tak kuasa menahan kenikmatan yang asing dan baru pertama kali
ini dia rasakan.
"Bagaimana sayang, kau bahagia?", tanya lelaki itu sembari tersenyum romantis.
"Kau nakal Son?, Kau membuatku lupa diri".
"Aku ingin membahagiakanmu Dev".
"Uuuh..., aah..., uhh", Devi kembali mengerang saat lehernya digigit lembut oleh Sony.
"Dev, bantu aku membuka bajuku".
Gadis yang telah memuncak birahinya itupun langsung membuka kancing baju pacar yang menindih tubuhnya.
"Jangan gitu dong Son, bajumu nggak bisa kulepas, jangan menciumi aku dulu".
"Oh Sorry, habis kamu cantik sih", keduanya langsung tertawa cekikikan.
"Oke,
aku buka sendiri deh", setelah berkata begitu Sony langsung melepas
baju dan celana panjang sehingga kini dia hanya memakai celana dalam
saja dan tampak kepala penisnya menyembul keluar seakan mau berkata
kalau dia sudah siap untuk bertugas.
Tanpa kompromi lagi, dia
langsung menghujani ciuman ke leher, bibir dan buah dada Devi dengan
penuh nafsu, digelutnya tubuh gadis yang membuatnya mabuk kepayang itu
dengan aroma birahi. Keduanya bergulingan di lantai, mereka sudah tidak
mempedulikan sekelilingnya, film dari VCD yang masih berlangsung sudah
tidak menarik lagi bagi mereka, benda-benda di sekitar ruang keluarga
menjadi saksi bisu bagaimana Sony dan Devi memburu kenikmatan yang
hanya diperbolehkan bagi mereka yang telah resmi menjadi suami isteri.
"Dev, Hmm".
"Sony..., kau hebat aku bangga padamu".
"Auuuhh..., aghh..., uhh"
Kembali
Sony menyusuri lembah-lembah misteri di tubuh devi, dan sampailah kini
dia di lembah yang paling rahasia bagi kewanitaan Devi, Vagina,
kulit paha yang putih mulus membuat penis Sony mengangguk-angguk dengan
hebat, CD-nya sudah tidak sanggup menahan desakan penis yang telah
membesar itu. Celana dalam Devi yang masih membungkus vagina segera
dilepas Sony dan tampaklah vagina Devi yang memancarkan cahaya birahi
amat kuat, membuat Sony kelabakan. Nafsu Sony bertambah beringas
melihat vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus, ditekuknya lutut Devi
dan dibukanya paha Devi. Sony melihat daging merah ranum yang
membuatnya menelan ludah. Tanpa ba..., bi..., bu lagi dibenamkannya
kepala Sony diantara kedua paha Devi. Dijilatinya selakangan Devi,
kemudian disedotnya bibir vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu,
klitoris Devi menegang jadinya, Sony pun tanggap bahwa Devi telah
meningkat birahinya dan diapun langsung menggetarkan klitoris itu
dengan telunjuk kanannya, membuat vagina devi semakin membesar dan
mengencang.
Tak lama cairan bening vagina tanpa permisi mengucur
deras membasahi bulu-bulu lembut yang ada di sekeliling bibir vagina,
bahkan sebagian tumpah membasahi lantai keramik ruang keluarga tempat
kedua remaja itu memadu cinta. Sony pun segera menghisap cairan itu dan
menyedotnya sampai licin tandas.
"Uuuenak tenan Dev, manis, asin dan
gurih", kata Sony, mendegar perkataan kekasihnya Devi tersenyum bangga.
Sony kembali menggetarkan klitoris Devi, diapun mengkombinasikan dengan
sedotan pada puting susu Devi yang mengeras.
"Uuuh..., ughh...,
aahh", tubuh Devi menegang dan menggelinjang dengan dahsyat, kedua
tangannya menjambak rambut Sony yang sedang asyik mengulum susu
putihnya.
"Son, masukkan penismu Son dalam vaginaku..., cepat
Son..., cepat..., aku akan..., aah..., aahh..., uhh..., auughh...,
auuu", erangan Devi kali ini lebih keras dari sebelumnya, tubuhnya
berguncang hebat, lenguhan panjang keluar dari mulutnya. Dia orgasme! .
Setelah Devi tenang, kembali Sony menindih tubuh Devi yang telah bugil.
"Sabar Dev, ini baru permulaan, kita akan merasakan kenikmatan yang lebih nikmat lagi".
Diciumnya
gadis yang dicintainya itu dengan kasih sayang, Devi kelihatan tampak
puas setelah dia menggapai bintang-bintang lazuardi di langit
kenikmatan.
"Ok Dev, sekarang gantian kau yang merangsangku", Sony meraih tangan devi, diapun duduk di Sofa.
"Dev,
Kamu pintar berkaroake kan?, Nah sekarang penisku kamu buat karaoke
Dev, jilatilah dan kulumlah", pinta Sony pada Devi yang masih terlihat
merem melek. Sony langsung melepaskan celana dalamnya sendiri dan
tampaklah penis yang besar dan panjang bagaikan pisang raja sehingga
membuat Devi sedikit ragu untuk mendekat.
"Jangan takut Dev, tidak
apa-apa, Ini milikmu, kau berhak memiliki dan menikmati penisku Dev",
kata Sony sambil menarik kedua tangan Devi dan dilekatkan pada penis
yang kekar itu
Devi pun mulai terbiasa dan dia langsung
menjilati kepala penis dengan antusias dan penuh birahi, membuat Sony
merem melek keenakan.
"Terus Dev..., teruuus..., ooohh..., uuuhh nikmat".
Dikulumnya
Kepala penis itu dan disedotnya dengan mulut Devi yang membuat tenaga
Sony seakan-akan luluh lantak, diapun mengerang dan menggelinjang
menahan birahi yang sangat dahsyat. Devi yang sudah mulai mengikuti
irama seks Sony melancarkan serangan, dia menjilati scrotum Sony,
rambut kemaluan yang lebat tak luput dari tangan terampil Devi membuat
Sony kelabakan dan ngos-ngosan.
Setelah beberapa lama Devi
mengaduk-aduk dan membelai dengan sentuhan nafsu yang ganas penis Sony,
tubuh Sony pun bergetar hebat, dia merasakan aliran aneh menyusup di
sekujur tubuhnya mulai dari ubun-ubun sampai ujung kaki, tubuh Sony
berguncang dengan keras membuat sofa tempat dia duduk mengeluarkan
bunyi nyaring.
"Dev..., oooghh..., ughh..., Dev..., kau..., kau".
"Crooot..., crooot..., crot", sperma Sony menyembur ke dalam mulut Devi membuat gadis bertubuh putih mulus itu tersedak.
"Wah
sperma mu banyak banget Son, membuat aku tersedak nih, tapi rasanya Oke
punya lho, hmm aumm", kata Devi sambil menjilati sisa sperma yang
masing ada dikepala penis, disedotnya batang penis Sony hingga cairan
spermanya keluar semua dan Devi pun segera menelannya.
"Kau hebat
Dev, kau cantik", rayu Sony di atas sofa dengan lirih sembari tangannya
membelai lembut rambut gadis yang telah membuatnya orgasme.
"Kau masih kuat Dev?".
"Tentu Son, kau belum memberiku kenikmatan sejati, penismu belum melaksanakan tugasnya".
"Ohh Devi, kau benar-benar pengertian sayang".
Sony pun kembali memeluk Devi dan menjilati telinga kanannya hingga membuat Devi menggigit puncak Sony karena kegelian.
"Aduh..., aduh sakit nih".
"Habis..., kau nakal".
Sembari
duduk kedua remaja yang telah terbuai nikmatnya seks itu melakukan
percumbuan tingkat tinggi, naluri seksnya sangat kuat, khayalan seks
yang selama ini hanya di angan-angan saja mulai dipraktekkan, membuat
permainan seks mereka sangat profesional, gerakan erotis, cara
merangsang pasangan, erangan-erangan yang memabukkan mereka mainkan.
Teknik-teknik yang didapat dari nonton blue film, foto erotis di
internet, juga buku-buku porno, seks education membuat mereka mahir
walau pertama kali mereka melakukan aktivitas seks sebenarnya.
Kembali
Sony berpagutan dengan Devi, dilumatnya bibir merah merekah milik Devi,
lidahnya mulai menggelitik rongga mulut Devi, menggigit dengan lembut
lidah Devi membuat gadis seksi itu semakin terbakar birahinya. Tangan
nakal Sony meremas dengan kuat buah dada yang mengeras dan menantang
milik Devi, kali ini si empunya sedikit meringis kesakitan namun rasa
nikmat mengalahkan rasa sakit itu, leher Devi pun tak luput mendapat
gigitan lembut Sony, Devi pun menggelinjang keenakan. Gadis yang sintal
itupun tidak mau hanya pasif, dia menanggapi permainan Sony, tangan
kanan Devi mengocok penis Sony, membuat batang penis Sony menjadi
sangat keras seperti batangan logam sedang tangan kirinya menjambak
rambut Sony sehingga membuat lelaki yang memiliki dada bidang itu
kelojotan dibuatnya.
"Dev kau siap Dev, penisku akan kumasukkan dalam vagina sucimu", bisik Sony di telinga Devi.
"Masukkan saja Son, aku telah siap", jawab Devi dengan terpejam, dia sudah terbang ke surga dunia.
"Kau tak menyesal Dev kehilangan keperawananmu?", tanya Sony ragu.
"Tidak Son, semua telah telanjur, aku sudah merasakan betapa nikmatnys seks yang membuat diriku seperti terbang di awang-awang".
"Devi kau sungguh nekat".
"Demi kau Son, Demi kita, Demi cinta kita!", jawab Devi.
"Aku mencintaimu Dev, kita kan bersama selamanya".
"Ahh
ugggh..., uuhh..., agh..., uhh..., aahh", Devi mengerang dan tubuhnya
berguncang saat Sony mempermainkan klitorisnya dengan jari telunjuk,
digetarkannya klitoris Devi lebih keras lagi. Sony ingin agar vagina
gadis yang telah menyerahkan jiwa dan raganya itu menjadi lebih basah
sehingga dengan mudah penis yang berukuran "bangkok" miliknya bisa
menembus benteng kesucian devi.
Usaha remaja itu agaknya
menemukan hasil, cairan vagina Devi tumpah meluber membasahi lantai dan
jari telunjuknya, kemudian dia meremas vagina itu dengan sedikit keras
sehingga membuat Devi mengeluarkan lenguhan kenikmatan. Ditekuknya kaki
Devi dan dibukanya paha mulusnya sehingga tampak vagina yang menganga,
lubang vagina Devi bertambah besar seakan memanggil-manggil untuk
segera dimasuki. Sony yang melihat hal itu semakin bernafsu untuk
segera menuntaskan permainan, dipegangnya penis yang menjadi
kebanggaannya selama ini dan dilekatkannya di mulut vagina Devi, Sony
menarik nafas dan matanya terpejam, diapun mulai mempersiapkan diri
untuk menjebol keperawanan Devi dan mengakhiri masa perjakanya, dia
tidak peduli apa kata orang nanti, yang dia rasakan kini adalah
kenikmatan dan kenikmatan yang amat sangat yang tidak bisa dia
lukiskan. Dengan pelan dan pasti penis Sony mulai menusuk daging merah
ranum milik Devi yang telah menanti untuk dikunjungi.
"Aduh
sakit Son..., sakit!", rintih Devi kesakitan saat kepal penis Sony
mulai masuk ke liang vagina Devi. Sony tampak terkejut mendengar
rintihan Devi, dia tidak menduga walau telah banyak cairan vagina Devi
yang keluar, Devi masih merasakan kesakitan. Sony pun cepat tanggap
kepala penis yang sudah masuk dibiarkan bertahan dalam vagina, tubuhnya
direbahkan menindih tubuh Devi dengan siku dijadikan penyangga agar
gadis yang dicintainya itu tidak tersiksa.
"Tenang Dev, tidak
apa-apa kok!, sakitnya hanya sebentar setelah itu kenikmatan dahsyat
yang akan kamu rasakan", bisik Sony sambil menjilati daun telinganya
membuat Devi mengerang halus.
Sony mulai memutar-mutar pantatnya sembari tangan kananya meremas payudara Devi.
"Uuuhh...,
ahh..., ughh..., ohh, nikmat sekali Son, teruuss..., terusss..., ahh",
desis Devi yang kembali merasakan kenikmatan, kedua tangannyapun segera
memeluk tubuh kekasihnya yang telah memberi kenikmatan dunia itu.
Putaran
pantatnya membuat penis Sony seperti mengaduk-aduk vagina Devi. Vagina
Devi seakan-akan menyedot dan memijat penis kekar Sony membuat keduanya
terbang ke surga loka. Kedua tangan Devi ikut pula meremas-remas pantat
Sony hingga lelaki itu mendesis-desis mengeluarkan energi birahinya
yang mau meledak.
"Dev..., oh..., uuuhh", gerakan batang penis Sony
semakin cepat, kali ini sudah tidak berputar namun naik turun mencoba
menerobos masuk vagina Devi.
"Krek!", "Kreeek!", "Blesss!".
Robek
sudah selaput dara Devi ditembus penis Sony, rasa sakit tidak lagi
dirasakan Devi, yang ada kini cuma rasa nikmat yang luar biasa yang
tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Gerakan naik turun
pantat Sony diimbangi naik turunnya pantat Devi, keduanya semakin
kompak untuk memburu kenikmatan surga dunia.
"Uhh..., aahh..., ugghh..., ooohh".
"Hmm..., aumm..., aah..., uhh..., ooohh..., ehh".
"Sooon..., uuhh..., sssoonn..., ahh".
"Deeevv..., auhh..., ohh..., Deviii kau".
Untuk
menambah daya nikmat, Sony menaikkan kedua kaki Devi di atas pinggulnya
sehingga jepitan Vagina terhadap penisnya semakin kuat. Tangan Sony
meremas payudara montok Devi dan mulutnya memagut dan melumat habis
bibir Devi membuat tubuh Devi memakin menegang.
"Sooon..., ooohh...,
aahh..., ugghh..., aku..., au..., mau..., ah..., ahh..., ah..., ah...,
uh..., uhh", tubuh Devi menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya
bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun
dengan cepat dan tangannya menjambak rambut Sony. Kemudian memeluk
tubuh Sony dengan erat. Devi telah mengalami orgasme.
"Dev...,
ohh dev..., aku jugg..., juga mau keluar..., ahh..., aahh..., ahh...,
uhh", gerakan pantat Sony semakin cepat, batang penisnya terlihat
keluar masuk di liang vagina, denyutan vagina yang memijatnya membuat
dia keenakan.
"Crooot..., crooot..., crott", sperma Sony keluar
dengan cepat dan dia tidak sempat mencabut penis dari vagina Devi
sehingga sperma itu tumpah di dalam lubang vagina. Rasa panas di ujung
kemaluan mereka rasakan, keduanya saling berpelukan erat dan kedua mata
mereka tampak terpejam seakan menghayati tetesan nikmat yang baru saja
mereka peroleh.
"Kau cantik Dev!, Kau hebat!, aku puas Dev", kata
Sony kepada Devi yang masih terpejam, dilumatnya bibir gadis yang telah
rela dia perawani itu dengan kasih sayang.
"Plop", Suara yang mengiringi keluarnya penis Sony dari lubang vagina Devi.
Kedua
remaja yang telah bercinta itu tampak telentang dengan nafas masih
terdengar ngos-ngosan, tubuh mereka bugil tanpa sehelai benang pun.
Penis Sony masih terlihat menegang, menjulang seakan belum puas dengan
tugas pertamanya. Sedang Devi telentang dengan peluh yang bercucuran,
dari lubang vaginanya tampak bercak darah yang keluar. Ya..., darah
perawan Devi yang telah pecah di siang itu dan Devi pun telah
merelakannya demi kekasih tercinta. Sperma Sonypun tampak meleleh
keluar dari dari lubang vagina Devi dan membasahi lantai.
Sony
dan Devi masih membiarkan tubuh mereka bugil dan menghayati serta
merasakan kenikmatan yang luar biasa dan baru mereka dapati. Apakah
mereka akan melanjutkan ke babak kedua dan apakah pengalaman pertama
ini membuat mereka menjadi ketagihan, ketagihan dan ketagihan untuk
terus bercinta dan berhubungan seks dengan lebih dahsyat lagi. Entah
hanya mereka yang tahu.
TAMAT