Dunia Maya
Dunia internet adalah dunia yang
mengasyikkan sekaligus dunia yang maya. Kita bisa mengetahui semua
situs dengan bebas. Terutama dunia porno, berbagai jenis ras manusia
dapat kita ketahui seluk beluk dan lekuk tubuhnya. Dunia chatting tidak kalah hebatnya dengan itu semua, kita bisa ngobrol dengan orang-orang sesama pengguna MIRC di seluruh dunia.
Suatu sore, saya iseng-iseng chatting karena memang sudah lama saya tidak masuk di arena itu. "Malampanjang" adalah nick yang sering saya gunakan dan biasa memasuki line DALnet.
Sambil santai menghisap rokok, saya mulai iseng berkenalan dengan orang-orang sesama MIRC-is. Sebut saja nicknya "Mahon_f",
salah satu teman baru MIRC saya. Setelah ngobrol ke sana kemari, dia
menyebut diri anak Semarang dan baru setahun tinggal di sana, jadi
bahasa Indonesianya agak kaku. Tetapi anehnya, bicaranya rada-rada
berani dibanding cewek lainnya, setelah ditelusuri, dia adalah anak
bule dari USA. Bapaknya hijrah kerja di Semarang. Aku minta juga
pic-nya dan langsung dikirim lewat DCC. Lumayan juga orangnya, agak
montok, rambut pirang, ikal dan cantik. Hanya kulitnya merah karena
kebanyakan kena sengat matahari.Nggobrol lama dan akhirnya aku mulai
iseng untuk mengetahui kehidupan seksualnya. Ternyata dia termasuk
orang yang menganut free sex.
Aku minta no telponnya dan
membuat janji dengannya untuk bertemu. Aku adalah anak Yogyakarta yang
kuliah di Politeknik Negeri di Bandung, jadi harus jauh-jauh kesana
dulu untuk bisa bertemu dengannya. Sedangkan dia masih kuliah di sebuah
universitas swasta di Semarang. Akhir bulan aku pulang dan mampir ke
Semarang untuk bertemu dengan Mahony (nama dia). Aku naik bus dan
sampai disana kira-kira pukul 4 sore, lalu aku telpon dia supaya
menjemputku.
Vitara metalik datang menghapiriku yang isinya dua orang bule muda yang cantik-cantik.
"Kamu malampanjang yaa..?" sapa dia sambil melempar senyum, membuat otakku tidak karuan menjawabnya.
"Benar dan Kamu Mahony ya..?" balasku.
"Iya, apa khabar malam panjang..?" sapa dia.
Dada ini bergetar juga melihat gaya pakaiannya yang bersinglet ketat dan celama jeans rombeng sobek di lututnya.
"Ayo masuk..! Dan ini.., kenalkan kakakku, Garrel..." kata dia.
Kami bersalaman, sambil melapas kaca mata hitamnya dia memperkenalkan namanya.
"Hallo.. Aku Garrel, nama Kamu siapa..?" tanya dia.
"Aku Harris (samaran)." balasku sambil bersalaman.
Aku
masuk ke dalam mobil dan berangkat karena sudah mengundang banyak mata
memadang ke arah kami. Si Mahony pindah ke belakang menemani aku di
belakang, sedangkan kakaknya gantian mengemudi mobil.
Berjalan
melintasi tugu muda dan simpang lima, lalu entah ke mana aku tidak tahu
arah karena asyik ngobrol dengan si Mahony. Dia banyak menceritakan
tentang situasi kota Semarang yang terlalu panas dan tentang
teman-temannya disini. Mahony orang yang supel dan cuek, jadi tidak
terlalu kaku bicara dengan dia walaupun kadang bicaranya dicampur
dengan bahasa Inggris.
Setelah lama berkeliling Semarang,
akhirnya sampai di sebuah rumah besar di perumahan elite Semarang. Kami
disambut oleh seorang wanita bule setengah baya yang berbahasa
Indonesia dengan fasih. Itu adalah Ibunya Mahony. Dimana di rumah itu
hanya tinggal orang tua Mahony, dua orang anaknya dan tiga orang
pembantu. Kami bertiga ngobrol seperti sudah kenal lama saja, padahal
kami beru bertemu.
Malam hari tiba dan aku dipaksa untuk
menginap dan tinggal disana, aku sih baik-baik saja, lagian disuguhi
dengan kulit-kulit mulus setiap saat. Aku tidak kuat, kemaluannku terus
menegang melihat itu semua, serta nafas yang tidak beraturan karena
otak kotorku sudah dipenuhi bisikan-bisikan nafsu dari sang iblis.
Aku
pamit mandi, kesempatan itu tidak aku sia-siakan dengan melepaskan
hasrat dengan beronani. Kamar mandi yang besar, lengkap dengan bak
mandi tidur dan sebuah kaca besar di seberang. Tanpa komando, aku
langsung melepas baju dan celana. Membasahi tubuhku dengan air hangat
sambil mengocok batang kemaluanku perlahan. Berinspirasi membayangkan
si Mahony dengan payudara yang menggantung indah dan Garrel tanpa
selembar benang pun. Perlahan kukocok sambil memejamkan mataku.
Tanpa
sadar, sebuah tangan yang halus memegang pinggulku, terbelalak aku buka
mata, terpana dan tidak bisa bergerak, Mahony sudah di depan mataku
sambil tersenyum memegang handuk.
"Waduh ketahuan nich..!" bisikku dalam hati.
"Kamu lupa mengunci pintu, Haris..." katanya tersenyum.
Suara
yang lembut membuat jantungku berdegup kencang. Rupanya Mahony datang
membawakan handuk buatku, dan sekarang dia mulai melepaskan baju
singlet ketatnya. Seribu sumpah serapah keluar dalam batinku mengagumi
keindahan tubuh moleknya. Tanpa berkedip dan nafas tidak beraturan, aku
melihat pemandangan indah itu. Si Mahony secara perlahan membuka
singletnya dan celana jeansnya. Hanya tinggal bra (36) dan celana
dalamnya saja yang tersisa. Begitu mulus nan indah.
Perlahan dia
merangkulku, sejuta maki ketidakpercayaan berkecamuk di dalam dada.
Mencium lembut bibirku, aku hanya terdiam sebab belum pernah aku
melihat bule berbugil ria di depanku, kecuali di dalam film BF yang
sering aku toton.
"Kenapa Kamu, Haris..?" tanya dia membuyarkan lamunanku.
"Ehh.. ee.. tidak apa-apa kok.., ntar kalo ketahuan Ibu kamu gimana..?" tanyaku.
"Tidak apa-apa, dia baru tidur di kamarnya.." jawabnya.
Inilah
kesempatanku, batinku mendukungku terhadap semua ini. Aku balas kecupan
bibirnya dengan lembut, berpanggut dan terus berpanggut. Tanpa sadar,
ritme kecupan kami menjadi cepat, mungkin karena nafsu kami yang sudah
mulai berkobar. Bunuh aku dengan api nafsumu, hancurkan, lepaskan dalam
semua kegirangan ini. Lama kami berpanggut di bawah siraman air dan uap
hangat. Sampai aku beranikan diri membuka tali BH-nya, kini tampaklah
sebuah gunung kembar menjulang dengan penuh gairah. Segera kusambut
dengan usapan terlembutku.
Kuremas dan kuresapi apa yang ada di
dalam payudaranya. Aku kecup leher, dadanya dengan perlahan sambil
tanganku meremas pantatnya. Putting yang tampak menantang dengan warna
merah tua tampak menggoda dengan jemari lentiknya. Aku permainkan
lidahku di seputar putingnya, melingkar, gigitan kecil menghiasi kulit
mulusnya.
"Aahhh.. ssshh.. aahh.." rintihnya ketika lidahku mengenai ujung putingnya.
Aku
hisap puttingnya dan aku putar-putar dengan lidahku, sambil sesekali
bergerak ke samping tubuhnya, rusuk, dan punggung. Aku memang suka
menjilati tubuh lawan mainku sampai benar-benar basah seluruh tubuhnya
dengan lidahku.
Perlahan aku turun ke arah perut, pantat, paha,
betis lalu naik lagi ke arah selangkangannya. Aku tidurkan dia di
lantai kamar mandi, sambil aku angkat kedua kakinya hingga terkuak kini
selangkangannya. Benar-benar indah vaginanya yang tanpa sebatang bulu
pun menumbuhinnya, berwarna merah dengan klitoris yang sedikit
menyembul. Aku urut dengan lidahku sepanjang pahanya menuju ke atas,
berhenti di pinggir selangkangannya. Sambil aku remas-remas
payudaranya, kuputar-putar lidahku di sekitar bibir kemaluannya, wangi
dan sangat basah. Rupanya dia sudah terbakar nafsu emosi akibat
cumbuanku. Dia terus meremas payudaranya sambil mendesah tidak karuan.
Perlahan aku jilat ujung klitorisnya yang berwarna merah merekah, jilat dan jilat.
"Aahh.. shh... ooh.., Haris... shh..." desahnya mengencang.
Kujilati
terus klitorisnya dan sesekali kukorek isi vaginanya dengan lidahku.
Kubuka pinggir vaginanya dengan kedua tanganku, lalu kujilati bagian
dalam vaginanya, kutusuk dengan lidahku sampai benar-benar basah dengan
cairan hangat vaginanya. Aku lihat dia memejamkan mata sabil mendesis
keras disertai dengan kata-kata berbahasa Inggris yang aku tidak
mengerti artinya. Kadang menjambak rambutku disertai dengan lolongan
panjang dan menekan kepalaku ke arah liang senggamanya dan mengangkat
pinggulnya, aku tidak tahu apakah dia sudah ejakulasi atau belum, aku
tidak perduli, aku terlalu sibuk dengan vagina indahnya.
Tiba-tiba
dia bangun dan membalikkanku dengan posisi telentang. Dengan liar dia
kecupi dada dan putingku, hal itu tentu saja membuatku terbang dan
meratap, sebab memang putingku adalah daerah "rawanku", sambil aku
sendiri mengocok batang kemaluanku yang terus menegang. Di kangkanginya
tubuhku sambil dituntunnya kemaluanku ke arah vaginanya.
"Blllueess... sss.." terasa nikmat sekali setelah beberapa bulan aku menahan gejolak nafsuku.
Terasa menggigit dan hangat di dalam vaginanya. Dia mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun, aku sungguh menikmatinya.
Buah
dadanya yang naik turun menciptakan sebuah pemandangan yang erotis bagi
mataku. Tubuhku bergoncang hebat oleh karena goyangannya. Bagai
kerasukan iblis seks, dia bergerak dengan tidak karuan, mendongak ke
atas ke kiri dan ke kanan. Oohh.. aku sungguh terpuaskan. Aku coba
melihat ke arah kaca kamar mandi, ooohh.. pamandangan yang mampu
mambuatku terangsang sendiri oleh karena tingkah liarnya.
"Clep.. clep.. cleppp.." suara bibir vagina bertemu dengan pangkal batang kejantananku di sertai dengan air hangat.
Kulepaskan
dia dan gantian aku yang berada di atas. Dengan posisi batang
kejantananku yang masih menancap erat di vaginanya, aku mulai
menggoyangnya dengan irama teratur, buah dadanya bergerak-gerak naik
turun.
"Ahhh... ahh... nikmat Harissss.. oh yes..!" desahnya yang membuat nafsuku terbakar hebat.
Kukangkangi
dia di atas dengan posisi duduk, dengan batang kemaluanku yang masih
tercepit, kurapatkan kedua kakinya, lalu aku mulai menggoyang. Dia
mulai bergelinjang lagi sebab posisi itu begitu menekan vaginanya untuk
bergesekan dengan batang kemaluanku.
"Clepp.. clep.. clep.. cleepp.." disertai erangan kenikmatan keluar dari bibir kami.
Posisi tersebut tentulah sangat kuat menggesek klitorisnya, sambil tanganku meremas buah dadanya. Ooh.. betapa nikmat dosa ini.
"Aaahh... ahh... ooh... ooh.. I am coming.. I am coming... oohh... oohhh... aaahhh.. aaahhh..." desahnya liar.
Sesaat
berikutnya, dia mulai berkelojotan dengan jari yang meremas kuat
pundakku, hingga menimbulkan luka gores yang pedih, hal itu justru
menambah nilai kenikmatan tersendiri setelah nanti berhubungan intim
dengannya.
Aku berganti posisi dengan menggangkat satu kakinya
ke atas, sehingga dia berposisi miring, sedangkan aku dengan leluasa
melihat batang kemaluanku keluar masuk ke vaginanya yang sudah sangat
bajir, berkilat-kilat oleh cairan vaginanya yang memerah dan merekah.
Kugoyang terus sampai keringatku pun berjatuhan di pahanya. Bayangan
yang tercipta di kaca kamar mandi sungguh terlihat indah, bagai dua
mahluk yang terlibat pertempuran sengit. Saling menindih dan saling
mengerang kenikmatan.
"Clep.. clep.. cllepp.. ahh.. ahh.. sshhhh.." suara yang bergema di kamar mandi tersebut.
Beradu
dengan gemuruh nafsu di dalam dada ini, keringat pun berjatuhan di
perut dan dada Mahony yang berkilat karena mulus kulitnya. Hingga pada
akhirnya, sesuatu yang akan meledak bergerak turun dari dalam perut
bawahku. Kugoyangkan dengan keras dan irama tempo yang sangat cepat
agar kenikmatana itu dapat kuraih bersamaan dengannya.
"Aahh.. ah.. ahhh.. oohh.. oohh.. aaahhh..." desah panjangnya.
Dia
keluar untuk yang kedua kalinya dan aku pun dengan mata terpejam
berusaha menghancurkan lubang vaginanya dengan sperma yang akan keluar
menyembur ke vaginanya.
"Aaahhh.. aahhh..." desahku mengimbangi semburan spermaku.
"Crroott.. ccrroott.. ccrroott.. sseerr.. serr..." banyak sekali sperma yang keluar menyembur di daerah perut dia.
Tiba-tiba Mahony memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil di kocok.
"Aahh..."
membuatku melayang, ditelannya sperma yang keluar dari batang
kemaluannku, dijilati sampai terasa linu batang kejantananku.
"Eemm... srruupp.. srrupp.. ahh.. sshh.. shh.." desisnya.
Aku
bersandar pada dinding kamar mandi dengan nafas tidak baraturan seakan
mau pacah rongga dada ini. Turut pula dia bersandar di perutku sambil
terus menjilati kemaluanku.
Dikecupnya bibirku sambil berucap, "Thanks..!"
Aku hanya terdiam tanpa bisa berkata-kata oleh karena nafasku yang memburu.
Beberapa
saat kemudian, aku mandi dengannya di shower sambil bercanda dan
tertawa, dan malam harinya, babak kedua terus berlanjut karena dia
menyusul ke kamar tidurku. Hingga larut, kami masih bercengkrama dengan
nafsu kami sampai tertidur dengan tanpa memakai selembar benang pun.
Pagi
yang indah menyambutku dengan sebuah kecupan hangat di kening. Sambil
beranjak dari tempat tidurku, dia menenteng celana dalamnya yang belum
terpakai semalam. Siang itu, aku pulang ke Bandung, dengan
diantarkannya sampai terminal Semarang. Kami berpisah dengan lambaian
tangan dan sebuah kecupan panjang bibir di dalam mobil. Sebelumnya, dia
memberikan alamat e-mailnya dan berharap aku tidak melupakan kenangan
yang kami lakukan berdua.
Beberapa hari kemudian, aku membuka
e-mailku. Sebuah e-mail manis dari Mahoney disertai dengan kartu ucapan
selamat pagi yang indah, membuat hatiku bersorak gembira. Isi tulisan
terakhirnya, "Kapan Kamu maen ke Semarang lagi..?"
"Ha.. ha.. ha.." dalam hati aku tertawa, apakah ini nyata..?
Yang pasti, kutelepon dia malam harinya dan dia mengharapkan aku untuk main dan bermalam lagi di rumahnya, di Semarang.
TAMAT