Kerjain Pembantu Baru, bag 2
Aku duduk di sofa panjang sedangkan Bi
Asih duduk di karpet bawah lalu kupanggil dia, "Bi sini dech..., tolong
liatin dong bagian pinggang belakangku kok agak nyeri..".
Bi Asih datang dan pindah ke sofaku, "Mana den".
"Ini nich", aku tarik tangannya ke pinggang belakangku lalu dia dia bilang, "Tidak ada apa-apa kok.
Saat
itu tiba-tiba timbul lagi pikiran kotorku mengingat kejadian malam
kemarin dan Bi Asih tidak marah, kalau sekarang saya agak nakal sedikit
pasti Bi Asih tidak akan marah. Lalu aku bilang, "Ini Bi Asih, tapi Bi
Asih matanya merem ya..., soalnya aku malu keliatan bodongku", dia
tersenyum dan mengangguk, lalu memeramkan matanya. Nah, ini aku pikir
kesempatanku. Aku pegang kecang-kencang pergelangan tangan Bi Asih,
lalu kubuka ritsluiting celanaku dan aku tarik ke bawah celana dalamku
penisku masih setengah besar belum terlalu tegang.
Lalu kutarik
tangan Bi Asih dan meletakkan di atas penisku..., dia bilang, "Eh apa
ini..", terus aku bilang, "Eh awas jangan buka matanya ya..", dia
mengangguk dan bertanya lagi, "Apa sich ini kok hangat".
Begitu
tersentuh tangan Bi Asih, menaraku mulai berdiri dengan gagahnya dan
mulai membesar cepat sekali. Rupanya Bi Asih curiga dan membuka mata.
Eh, pamali dia bilang..., tapi aku tahan terus tangannya dan aku
pandangi mata Bi Asih..., dia tersenyum malu dan tersipu. Dengan lirih
dia bilang, "Jangan den tidak sopan..", tapi aku bilang, "Tolong dong
bi..., pingin banget dech.."
Kayaknya Bi Asih kasihan padaku...,
dia mengangguk dan bilang, "Cepetan ya Den, sebentar saja jangan
lama-lama dan tidak boleh macam-macam..., ntar kalau orang tua aden
tahu Bi Asih kena marah..", dan dia bilang, "Eeeh ih kok besar banget
sich Den". "Iya", jawabku singkat. Lalu tangan Bi Asih menggenggam
penisku dengan lembut dia menggosoknya dari ujung kepala sampai ke
pangkal penisku. Kira-kira 10 menit..., dengan agak serak dia bilang,
"Sudah belum den.."
. Saat itu aku merasa melayang dan entah
bagaimana tiba-tiba keberanianku timbul, kupegang lengan Bi Asih terus
naik ke bahu.., leher.., pelan-pelan turun ke dadanya. Dia bilang, "Eh
den mau apa...", tapi aku pura-pura tidak mendengar tanganku terus
turun dan sampai ke dadanya yang agak membusung ke depan. Bi Asih agak
sedikit bergetar badannya, dia bilang dengan halus, "Jangan den...,
jangan", tapi dia tidak menepis tanganku. Aku semakin berani,
pelan-pelan kuremas dadanya kiri kanan bergantian. Nampak napas Bi Asih
agak memburu. Aku semakin berani lagi..., teringat akan bentuk buah
dadanya yang indah tadi malam..., maka dengan sedikit nekat tanganku
mulai masuk ke BH-nya. Ah, payudaranya terasa lembut sekali. Bi Asih
bilang lagi dengan lirih, "Den jangan..", aku tidak peduli.
Lalu
kubuka baju atas Bi Asih dan kubuka juga BH-nya. Mula-mula Bi Asih
menolak untuk di buka tapi dengan agak sedikit memaksa akhirnya dia
pasrah dan terbukalah bagian atas badan Bi Asih. Payudaranya munjung
membusung ke depan, besar, putih dan bundar. Lalu mulai kuremas-remas,
Bi Asih agak sedikit menggeliat, napasnya memburu. Aku ingat akan buku
porno yang kubaca, lalu aku coba mempraktekkan..., aku mencoba mencium
puting payudaranya lalu aku emut-emut seperti mengemut permen. Wah,
sepertinya Bi Asih sangat menikmati permainanku, napasnya memburu dan
agak sedikit terengah-engah. Ketika kuhisap lagi putingnya, dia pegang
kepalaku dan bilang, "Den.., sudah Den..., sudah.., ah Bi Asih tidak
tahan..", katanya. Aku malah makin bersemangat, seluruh payudaranya
kujilati, aku kulum-kulum, aku emut-emut.
Bi Asih semakin
gelisah dan tangannya yang tadi mengocok-ngocok penisku kiri terhenti
bergerak dan hanya meremas penisku dengan kencang sekali, agak sakit
juga rasanya tapi aku biarkan saja. Supaya lebih nikmat akhirnya aku
buka baju atas Bi Asih, kucium lehernya, bahunya yang putih dan kubuka
seluruh celanaku sehingga Bi Asih bebas memegang penisku dan telurku
bergantian. Adegan ini cukup lama, berlangsung hampir sejam..., saat
kulihat jam dinding sudah jam 10.30.
Lalu aku rebahkan Bi Asih
di sofa panjangku.., mula-mula dia agak sedikit menolak tapi kudorong
dengan tegas dan lembut, dia akhirnya menurutiku, kini aku lebih
leluasa lagi menciumi buah dadanya, pelan-pelan agak turun aku ciumm
perut Bi Asih, Dia tampak agak kegelian, aku semakin terangsang, aku
ingat-ingat apa lagi yang harus dilakukan seperti di buku-buku porno.
Akhirnya pelan-pelan kubuka kain kebaya Bi Asih.
Dia bilang, "Eh den jangan mau apa..".
"Tidak
bi tenang saja dech", aku bilang. Akhirnya kain yamg dikenakan Bi Asih
terlepas dan aku buang jauh-jauh. Dia hanya memakai celana dalam saja.
Eh.., biarpun dia ini orang desa tapi ternyata badannya bagus sekali
seperti gitar dan sangat mulus. Betisnya indah, pahanya kencang
sekali..., mungkin sering minum jamu kampung sehingga badannya terawat
baik.
Aku cium perut Bi Asih lalu turun ke bawah dan turun ke
bagian kemaluannya. Dia tampak mendorong kepalaku, "Jangan den..", tapi
lagi-lagi aku paksa akhirnya dia diam. Setelah dia agak tenang aku
mulai beraksi lagi. Celana dalamnya kutarik turun. Wah, ini dia
betul-betul melawan dan tidak kuberi kesempatan, dia pegangi celananya
itu..., tapi aku terus berusaha..., adu tarik dan akhirnya setelah
cukup lama dia menyerah juga, tapi tangannya tetap menutupi
kemaluannya. Pelan-pelan aku cium tangannya sampai akhirnya mau minggir
juga dan kucium kemaluannya. Bi Asih tampak mengelinjang dan dia
bilang, "Jangan Den..., jangan Den..", tapi aku menciumnya terus,
akhirnya suaranya hilang, yang terdengar hanya napasnya saja yang
terengah-engah. Di bagian tengah vaginanya agak ke atas vagina Bi Asih
ada daging agak keras seperti kacang mungkin clitoris. Nah, clitorisnya
ini aku jilat-jilat dan kadang-kadang aku emut-emut dengan bibirku.
Aku
cium terus vagina Bi Asih dan tahu-tahu aku merasakan sesuatu yang agak
basah dan bau yang khas. Bi Asih tampak menggoyang-goyangkan kepalanya
dan pantatnya mulai goyang-goyang juga. Cairan yang keluar dari vagina
Bi Asih makin banyak dan makin licin. Ah, aku sudah tidak tahan lagi
rasanya..., lalu kubuka kaos bajuku dan aku sekarang sama-sama bugil
dengan Bi Asih. Aku periksa lagi vagina Bi Asih. Yah masih seperti tadi
malam tidak keliatan lubang apa-apa cuma daging-daging merah jambu
mengkilat karena basah. Aku coba tusuk pakai jari tanganku dan ternyata
ada juga lubangnya tapi kecil sekali ketika kuraba dengan jari
tanganku, rupanya lubang itu tertutup oleh lapisan daging. Aku pikir
apa cukup ya lubang ini kalau di masukin penisku. Aku penasaran lalu
aku bangun dan belutut di pinggir sofa dan penisku aku arahkan ke
vagina Bi Asi
Bi Asih nampak terkejut melihat aku telanjang
bulat dan dia hendak mau bangun dan bilang, "Den jangan sampai
ketelanjuran..., ya tidak boleh..".
Aku bilang, "Iya bi tenang
saja..., aku cuma mau ngukur saja kok..", dan dia percaya lalu rebahan
lagi sambil bilang, "Janji ya den jangan di masukin punya aden ke
liangnya Bi Asih".
"Iya", jawabku singkat.
Lalu aku ukur-ukur
lagi lubang vagina Bi Asih dengan penisku ternyata memang penisku ini
tidak normal kali karena jangankan lubang yang di dalam vaginanya yang
seukuran jari telunjukku besarnya, bibir bagian luarnya saja tidak
muat, aku mulai berpikir, "Wah, benar kata joko aku ini tidak normal".
Lalus aku bilang ke Bi Asih, "Bi kok kayaknya lubangnya Bi Asih mampet
ya..., tidak ada lubangnya..", Bi Asih mengangkat kepala.
"Tahu ya.., dulu juga penis suami bibi rasanya tidak pernah masuk sampai ke dalam".
Aku
pikir yang normal aku atau Bi Asih nich..., tapi dasar sudah nafsu
sekali..., tidak ada lubang..., lubang apapun jadi deh aku pikir.
Vagina Bi Asih semakin basah aku pegang-pegang terus. Lalu kutarik Bi
Asih bangun dan kuajak ke kamar orang tuaku.
Dia menolak, "Ech jangan den".
"Tidak
apa-apa", aku bilang, aku paksa dia ke kamar orang tuaku dan aku
rebahkan dia di tempat tidur spring bed, kebetulan tempat tidur itu
menghadap ke kaca jadi aku bisa melihat di kaca, lalu aku naik di atas
tubuh Bi Asih, dan Bi Asih agak sedikit meronta, "Den kan janji ya
tidak sampai di gituin..."
."Iya dech", aku bilang.
Aku lalu
turun dari tubuh Bi Asih dan berlutut di samping tempat tidur lalu
kutarik kedua kaki Bi Asih sampai pantat Bi Asih tepat di pinggiran
tempat tidur lalu aku ciumi lagi vagina Bi Asih, dia kelihatannya
senang diciumi lalu kupraktekkan apa yang aku baca di buku porno. Aku
masukkan lidahku di sela-sela vagina Bi Asih. Terasa hangat dan basah,
lalu aku mainkan lidahku. Aku jilat-jilat seluruh daging berwarna merah
muda yang ada di dalam vagina Bi Asih. Aku jilat terus dan
kadang-kadang aku sedikit hisap-hisap bagian clitorisnya. Bi Asih
tampak kegelian dan menggoyang-goyangkan pantatnya ke atas seolah-olah
hendak mengejar lidahku. Terasa semakin basah vagina Bi Asih dan
mungkin sudah banjir kali dan semakin banyak cairannya, semakin licin
aku lalu bangun dan kudorong lagi Bi Asih ke tengah tempat tidur dan
aku timpah lagi tubuhnya.
Aku ciumi lagi payudara Bi Asih yang
keras dan kenyal. Dia nampak mulai menikmati lagi dan agak sedikit
mengerang-erang dan mengelus-elus rambut kepalaku. Pelan-pelan aku
kangkangin paha Bi Asih, mula-mula dia agak melawan tapi akhirnya
pasrah dan kutaruh penisku tepat di tengah-tengah vagina Bi Asih.
Pelan-pelan aku dorong penisku ke vagina Bi Asih yang sudah mulai
banjir dan licin. Aku merasa bahwa sekarang kepala penisku sudah mulai
terjepit oleh bibir vagina Bi Asih tapi tetap belum bisa masuk.
Pelan-pelan aku tekan agak keras Bi Asih tampak agak menggelinjang dan
bilang, "Aduh den jangan di toblos den...", aku tidak peduli aku tekan
lagi tapi susah juga rasanya untuk sampai ke dalam vagina Bi Asih, tapi
belum mau tembus juga. Aku tarik lagi sedikit ke belakang dan kudorong
lagi tetap seperti tadi, tapi aku tidak menyerah kutarik dorong, tarik
dorong sekitar 10 menit, dan waktu aku tarik-dorong itu terdengar
bunyi, "Ceprak.., ceprok.., ceprak..", rupanya vagina Bi Asih
benar-benar banjir dan tiba-tiba aku mulai merasakan ada celah yang
terbuka, aku makin semangat tarik dorong, tarik dorong.
Bi Asih
nampak mulai merem-melek matanya, dan terlihat matanya membalik-balik
ke belakang mulutnya mendesis-desis. Aku jadi semakin bernafsu, lalu
aku kulum bibir Bi Asih. Dia menyambut ciumku dengan hot sekali. Baru
pertama kali ini aku berciuman jadi tidak tahu caranya, tapi aku pakai
naluri saja aku hisap-hisap lidah Bi Asih. Wah, dia makin membinal dan
celah di vagina Bi Asih makin terasa agak melebar dan aku merasa kalau
kutekan agak keras pasti kepala penisku ini bisa masuk ke dalam vagina
Bi Asih, lalu aku mengambil ancang-ancang kebetulan kedua jari jempol
kakiku bisa masuk di sela-sela tempat tidur sehingga aku punya pijakan
untuk mendorong ke depan.
Pelan-pelan aku hitung dalam hati
sambil tarik dorong, tarik dorong satu..., dua tiga..., empat...,
liiima. Aku tekan yang keras penisku ke vagina Bi Asih. Bibir Bi Asih
yang masih ada di dalam mulutku tiba-tiba bersuara, "Huhh..., ehmmh
hu", dan Bi Asih memundurkan pantatnya ke belakang..., dia memandang ke
padaku dan menggelengkan kepala, "Jangan..., sakit..", dia bilang.
Akupun mengangguk. Lalu aku mulai kerja lagi.., tarik dorong.., belum
masuk-masuk juga kepala penisku..., tapi akibat dorongan tadi kayaknya
agak sedikit terbuka. Aku cari akal, lalu kedua tanganku turun ke bawah
dan kumasukkan ke belakang pinggang Bi Asih lalu turun sedikit
kuremas-remas pantat Bi Asih yang besar, sepertinya dia tambah semakin
terangsang dan aku pikir ini lah saatnya. Aku pegang pantat Bi Asih
keras-keras dan kutahan sekuat tenaga dan kuhitung lagi, "satu, dua,
tiga..., tekaannn...".
Bi Asih tampak meronta-ronta tapi aku
tidak peduli terus kutekan dan "Bless", penisku masuk kira-kira
sepertiganya. Bi Asih meronta lagi, mungkin merasa sakit pada vaginanya
karena penisku ukurannya besar sekali sehingga aku juga merasa bahwa
sepertinya lubang vagina Bi Asih kecil sekali sampai-sampai penisku
tidak bisa bergerak terjepit seperti mau dipress, rasanya kurang nikmat
juga sehingga Bi Asih berusaha mendorong pinggulku ke atas tapi aku
lebih cepat lagi. kutarik tanganku dari pantat Bi Asih dan kupegang ke
dua tangan Bi Asih dan kutarik ke atas kepalanya dan kutahan..., dia
berusaha meronta..., dengan mengeser pantat ke kiri dan ke kanan tapi
aku tidak mau lepas, aku ikuti arah pergerakan pantat Bi Asih.., dia ke
kanan aku ke kanan Bi Asih ke kiri aku ke kiri dia mundur aku maju. Bi
Asih agak merintih-rintih dan seperti orang makan cabai pedas, dia
memang kuat pinggangnya, terus goyang kiri dan kanan. Aku terus tancap
penisku yang sudah masuk sepertiga ke vagina Bi Asih, akibat gerakan
bibi asih ini mula-mula penisku yang tidak bisa bergerak akibat
terjepit vagina Bi Asih mulai bisa bergerak dan aku aku malah semakin
terangsang karena dengan gerakan kiri-kanan begitu penisku terasa
tergesek-gesek oleh vagina Bi Asih. Lalu aku diamkan penisku di dalam
vagina Bi Asih dan memang saat itu rasanya lubang Bi Asih sempit sekali
dan penisku terasa di sedot oleh vagina Bi Asih.
Lama-lama
gerakan Bi Asih agak melemah dan nafas agak terengah-engah dan agaknya
dia mulai bisa menerima kehadiran penisku di dalam vaginanya dan
sakitnya mulai hilang. Pelan-pelan aku mulai beraksi lagi kutarik
sedikit penisku keluar tapi buru-buru kutekan lagi ke dalam agar tidak
lepas. Terasa agak sempit tapi nikmat karena vagina Bi Asih sudah basah
sekali jadi agak licin dan lancar pergerakkan penisku. Aku tarik
sedikit dan tekan ke dalam.
Kira-kira 5 menit, aku melakukan hal
itu aku benar-benar merasa nikmat sekali yang tak terhingga lalu dengan
sangat bernafsu aku mulai menekan lagi penisku agak masuk lebih dalam
lagi. Aku tarik dulu keluar sedikit lalu aku tekan keras-keras ke
dalam, Bi Asih menggelinjang dan bersuara, "Aduh.., huhh.., hmm", tapi
suara desahan itu malah makin merangsangku dan kutekan dengan keras
lagi dan, "Blesss", masuk lagi penisku lebih dalam Bi Asih agak sedikit
meronta mungkin agak sedikit nyeri, tapi aku tidak peduli kutekan lagi
lebih keras lagi, cabut sedikit tekan lagi. Bi Asih agak meronta-ronta,
aku semakin nikmat sekali rasanya agak seperti mau pipis, aku semakin
bersemangat dan dengan sekuat tanaga aku tekan tiba-tiba pantatku ke
depan dan, "Bleesss", penisku amblas ke dalam vagina Bi Asih. Bi Asih
agak sedikit menjerit dan berusaha mencabutnya dengan menggeser
pantatnya ke kiri dan ke kanan lagi tapi aku sudah samakin pintar, aku
tekan terus dan kuikuti pergerakannya.
Setelah Bi Asih tidak
melawan lagi mulai aku cabut setengah dan kumasukkan lagi. begitu
berulang-ulang, nampaknya Bi Asih mulai menikmati dan dia kelihatan
mengejang dan lalu memelukku keras-keras dan mulutnya mendesis-desis.
Aku semakin bersemangat dan genjotanku semakin keras dan kencang dengan
kedua kakiku kukangkangkan paha Bi Asih lalu aku genjot lagi penisku
keluar masuk.
Kira-kira 10 menit Bi Asih mengejang lagi dan
memelukku lebih kencang lagi sepertinya dia orgasme lagi dan setelah
itu dia kelihatan agak loyo, tapi aku merasa ada sesuatu yang akan
keluar dari penisku. Aku semakin keras mengocok penisku di dalam vagina
Bi Asih dan kulihat dari kaca bagaimana penisku keluar masuk vagina Bi
Asih, bila aku tekan tampak vagina Bi Asih masuk ke dalam dan bila aku
tarik keluar kelihatan bibir vaginanya ikut keluar ke depan.
Kira-kira
15 menit aku merasa kepala peniskuku agak panas dan sret-sret, ada
sesuatu keluar dari penisku. Aku merasa nikmat sekali, aku tekan
keras-keras penisku di dalam vagina Bi Asih dan Bi Asih yang tadi sudah
lemas tampak bersemangat lagi dan dia menggoyangkan pantatnya ke kiri
ke kanan, aku semakin kenikmatan dan tiba-tiba terasa lagi ada cairan
keluar dari penisku dan Bi Asih juga kelihatannya merasa nikmat juga,
dia seperti mencari-cari sesuatu, pantatnya naik ke atas dan tiba-tiba
dia mengejang dan memelukku keras sekali dan kedua pahanya melilit
keras di pinggangku seperti orang main gulat. Aku tidak berkutik tidak
bisa bergerak dan terasa cairan dari dalam penisku semakin banyak
keluar. Bi Asih semakin menggila dia mengigit-gigit bahuku dan menjerit
lirih, "Den.., nikmat sekali den...", aku peluk Bi Asih keras-keras dan
kita berpelukan kurang lebih lima menit. Penisku yang tadi keras
seperti batu sudah mulai melembek dan Bi Asih nampak tergelak lunglai
di sebelahku. Aku lalu bangun dan kucabut penisku dari vagina Bi Asih
dan kulihat vagina Bi Asih. Aku pegang dan aku buka belahannya kini
nampak ada lubangnya dan aku melihat di sprei dekat vagina Bi Asih
banyak sekali cairan dan agak berwarna sedikit merah jambu aku agak
kaget dan bilang sama Bi Asih, "Bi..., bibi masih perawan ya...", Bi
Asih tersenyum manis dan menjawab, "Iya den soalnya selama bibi
nikah..., bibi belum pernah kemasukan..., karena mantan suami bibi dulu
orangnya loyo..., baru nempel sudah banjir dan lemas..". Aku menggumam,
"Pantas susah banget masuknya..", terus si Bi Asih menimpali, "Bukan
susah..., tapi emang penisnya den bram yang kegedean..., bibi sampai
hampir semaput rasanya..".
Malam itu aku tidur berdua dengan Bi Asih di kamar ortu saya. Kita tidur telanjang bulat cuma di tutup pakai selimut.
Pagi-pagi
jam 5 pagi sudah terbangun dan penisku tiba-tiba mengeras lagi, tanpa
permisi aku langsung naik lagi ke badan Bi Asih yang masih setengah
tidur dan dia terbangun. Aku kangkangin lagi pahanya ke kiri dan ke
kanan. Bi Asih diam saja pasrah hanya memandangi perbuatanku dengan
sedikit senyum. Lalu penisku yang sudah mulai mengeras kutempelkan lagi
di depan vagina Bi Asih dan aku tekan-tekan, tapi tidak bisa
masuk-masuk. Bi Asih tersenyum dan dia bilang sini Bi Asih bantu. Lalu
tangannya ke bawah memegang penisku dan membimbing penisku tepat di
muka lubang vagina Bi Asih.., terasa hangat..., lubang itu dan mulai
basah. Ternyata kali ini tidak sesulit tadi malam. Kepala penisku
dengan beberapa kali tusukan maju-mundur mulai bisa masuk ke dalam tapi
tetap saja terasa sempit walaupun vagina Bi Asih mulai basah dan licin
dan kelihatanya Bi Asih juga merasa bahwa penisku luar biasa ukuranya.
Beberapa kali dia sedikit mengaduh, tapi setelah vaginanya betul-betul
banjir dan penisku bisa masuk seluruhnya dia mulai bisa menikmati dan
pagi itu aku bersenggama dengan Bi Asih sampai jam 7.00 pagi. Bi Asih
orgasme sampai 3 kali dan aku muncrat juga tapi tidak sebanyak tadi
malam.
Seharian kita malas-malasan di tempat tidur dan sore hari
kita bersenggama lagi sampai jam 10 malam. Senin pagi aku bangun dan
bolos sekolah, karena pagi itu sehabis mandi pagi dan sarapan aku
rencananya mau berangkat sekolah tapi tiba-tiba aku menjadi nafsu lagi
melihat Bi Asih baru keluar dari kamar mandi yang cuma memakai handuk
saja. Lalu kutarik Bi Asih ke kamarnya, kubuka handuknya, kuciumi
payudara, kuhisap-hisap puting, dan kurebahkan dia di tempat tidurnya
lalu kusetubuhi lagi. Wah, nikmat rasanya menyetubuhi Bi Asih yang baru
mandi karena bau badannya segar bau sabun dan aku bersetubuh dengan Bi
Asih di kamarnya senin pagi itu sampai jam 9.00 pagi dan aku terpaksa
membolos sekolah. Sorenya orang tuaku pulang dari jakarta dan sejak
saat itu aku kalau malam sering ke kamar Bi Asih dan melakukan hal itu
lagi dan kelihatannya Bi Asih juga mulai ketagihan sepertiku. Ibuku
aktif organisasi dharma wanita sehingga kami sering punya kesempatan
berdua bersama Bi Asih dan selalu tidak pernah menyia-nyiakan
kesempatan itu.
Hubungan ini berlangsung kurang lebih 3 bulan,
lama-lama ibuku mencium gelagat yang tidak beres antara aku dan Bi
Asih. Hari itu kira-kira sebulan lagi sebelum aku ujian akhir kelas 3
SMP aku lihat pagi-pagi ibuku ada di kamar Bi Asih dan Bi Asih nampak
tertunduk, sepertinya agak sedikit menangis. Aku tidak berani campur
tangan dan waktu aku pulang sekolah Bi Asih sudah tidak di rumahku
lagi. Dia sudah pulang kampung di antar oleh sopir ayahku. Aku sedih
sekali saat itu.
Selamat tinggal Bi Asih, hanya itu yang bisa kuucapkan dalam hati.
TAMAT