Malu Tapi Mau, Bag 2
Singkat cerita study tour kami berjalan
sempurna, aku dan Ana sudah punya rencana untuk memisahkan diri dari
rombongan setelah kunjungan terakhir di sebuah kantor organisasi dunia
di Jakarta. Kami berdua sepakat untuk tidak mengikuti rombongan yang
sebelum pulang ke Y akan mampir rekreasi di Dunia Fantasi, karena
nantinya ternyata kami berdua membuat dunia fantasi kami sendiri. Untuk
mengelabui dosen dan teman-teman lainnya, kami pamit memisahkan diri
dari rombongan dengan tujuan masing-masing. Ana akan ke rumah kakak
perempuannya di Bekasi sedangkan aku akan ke rumah Pakde di Jakarta
Selatan. Namun setelah aku telepon ke Pak De ternyata beliau sekeluarga
sedang ada di Puncak selama 3 hari dan di rumah hanya ada pembantu
saja. Mendengar itu Ana langsung mengajakku ke rumah kakaknya saja, aku
menurut saja karena aku tidak begitu tahu kota Jakarta.
Setelah
sampai di rumah kakak perempuannya, aku dikenalkan dengan suaminya. Tak
berapa lama aku semakin akrab dengan keluarga muda tersebut. Mereka
belum mempunyai momongan dan tinggal di perumahan dengan satu pembantu.
Karena kakak ipar Ana adalah pekerja yang sibuk, beliau seorang manager
di suatu perusahaan konstruksi alat berat, maka sampai di rumah sudah
capai dan langsung tertidur di kamar. Sedangkan kakak Ana seorang ibu
rumah tangga biasa. Aku diberi kamar tidur yang terpisah dari kamar
Ana, namun pada suatu malam Ana menyelinap ke kamar yang kutempati.
Mula-mula kami hanya ngobrol-ngobrol saja membicarakan rencana
kepulangan kami berdua, tapi lama-kelamaan kami semakin merapat dan
langsung berciuman. Memang selama study tour kami "puasa" tidak
bercumbu, maka kesempatan itu tidak kami sia-siakan apalagi kakak Ana
dan suaminya sudah tertidur di kamar atas dan pembantu sudah molor
sejak jam sembilan malam. "Sayang! tolong buka bajuku doong... biar
enak," kata Ana. Lalu kami bergulingan di kasur saling menindih
menuntaskan hasrat yang tertahan.
Di sela-sela bercumbu
terdengar suara benda jatuh di teras depan. Aku melepaskan ciumanku dan
keluar memeriksa, ternyata hanya seekor kucing yang menyenggol pot
tanaman. "Sial...!" gerutuku, "gangguin orang lagi seneng aja tuh
kucing." Tapi untungnya seisi rumah tidak ada yang terbangun gara-gara
kucing buluk itu. Lalu kembali aku masuk ke kamar melanjutkan
permainanku dengan Ana. Mulai kulumat bibirnya, kumainkan lidahku di
mulutnya, kucium lehernya dan kujilati telinganya. "Aaah... sayang,
kamu... hhh... kangen tidak sam... sama aku?" tanya Ana sambil
terengah-engah menahan rangsanganku. Aku tidak menjawab karena mulutku
sibuk menciumi lehernya. Tanganku melepas BH-nya, tapi Ana merajuk dan
memakai kembali BH itu. "Enngg... sayang jangan pakai tangan dooong...
ngelepasnya pake mulut kamu dong yaaang... please..." edan tenan, baru
kali ini Ana minta yang aneh-aneh sama aku. Tapi aku turuti kemauannya.
Kugigit tali BH-nya lalu kupelorotkan sampai ke lengan, sementara itu
untuk membuka cup BH-nya kugigit pinggirannya dan kupelorotkan ke bawah
hingga hidungku menyenggol putingnya yang sudah tegak mengeras itu.
"Aaauuw... geli sayang, teruss.. sayang yang satunya lagi..." pinta Ana
manja.
Kembali aku melakukan hal yang sama terhadap payudara
yang satunya hingga menyembul, keluarlah dua bukit kembar yang montok,
besar dan indah itu di depan mataku. Dengan buas langsung kucaplok
payudara kirinya, kusedot-sedot dan kujilati putingnya sementara tangan
kiriku meremas-remas payudara kanannya. Kemudian bergantian kucaplok
payudara kanan sementara payudara kiri kuremas-remas sambil kumainkan
putingnya (karena payudara kiri Ana yang paling sensitif terkena
rangsangan). Payudaranya sekarang basah oleh air liurku sehingga tampak
mengkilat diterpa cahaya lampu kamar 5 Watt. Jilatanku turun ke arah
perutnya, tanganku sibuk mengelus-elus betis indah dan paha putih mulus
Ana. Lalu kupelorotkan celana pendek yang dikenakan Ana sehingga
sekarang dia hanya memakai celana dalam saja. Aku turun ke bawah untuk
menciumi betis Ana lalu naik ke atas menciumi pahanya sampai ke paha
bagian dalam hingga ciumanku sampai di selangkangannya tepat di liang
kemaluan dan klitorisnya yang masih tertutup celana dalam. Nampak sudah
basah celana dalam Ana waktu itu. "Auuw sayang enak... ehmm... teeruzz
sayang... lepas aja celanaku... oooh..." ceracau Ana.
Mendengar
itu tanpa disuruh untuk yang kedua kalinya langsung kutarik celana
dalam Ana sampai lepas. Aku tertegun melihat kemaluan Ana yang
sekitarnya ditumbuhi bulu-bulu lembut itu, sumpah baru kali ini aku
melihat yang aslinya. Ternyata lebih indah daripada yang ada di gambar
porno di internet karena bisa langsung disentuh dan dijilati. Aku masih
terpana dan bingung melihatnya, lalu aku teringat sebuah adegan di film
BF yang pernah kutonton. Maka aku pun segera meniru adegan itu,
pertama-tama kusentuh bibir kemaluan Ana, "Eeeh... hhhmm..." desah Ana.
Lalu kujulurkan lidahku dan mulai menjilati bibir kemaluannya, terasa
asin dan berbau khas kewanitaan Ana namun semakin membuatku bernafsu.
Kemudian lidahku menjilati klitorisnya yang mulai membengkak itu,
"Aaauw.... sayang, kamu apain anuku?" tanya Ana. Namun belum sempat
kujawab, Ana berkata, "Lagiii doonggg..." memintaku untuk menjilati
klitorisnya lagi. "Oouw... enak sekali... ehmm... aduh... sayyy...
aaannggg... ehhh..." ceracau Ana sementara kujilati klitorisnya. Cairan
kenikmatan semakin deras keluar dari liang kemaluan Ana dan tanpa ragu
kujilati, terasa asin dan baunya yang khas sungguh merangsangku.
Lalu
kemudian aku bangkit dan mengangkangi tubuh Ana lalu kuletakkan batang
kemaluanku di lembah antara kedua bukit kembarnya (setelah kulepas baju
dan celanaku tentunya). Kutekan dengan tangan kedua payudaranya untuk
menjepit batang kemaluanku itu, sambil merem melek kugesekkan batang
kemaluanku sampai menyentuh dagu Ana. Kemudian aku minta Ana untuk
mengulum batang kemaluanku, belum sempat dia siap aku sudah
menyorongkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya hingga masuk
setengahnya. Ana hanya diam, tapi aku segera menarik dan menyorongkan
kemaluanku bolak-balik. Mungkin karena Ana tidak siap dia hanya pasif
saja sehingga kutarik batang kemaluanku. Setelah bosan dengan gaya itu
kemudian aku merangkak turun sambil tanganku mengelus-elus kemaluan Ana
yang semakin basah.
Karena aku sudah tidak tahan menahan nafsu
untuk menyetubuhi Ana apalagi melihat pandangan Ana yang sayu yang juga
sudah sama-sama nafsu, kuarahkan batang kemaluanku yang mengacung tegak
itu ke arah liang kemaluannya. Namun apa yang terjadi, ketika nyaris
ujung kemaluanku mengenai bibir kemaluannya, Ana menahan perutku dengan
tangannya, "Sayang kamu mau ngapain? Mau dimasukin yah... jangan
dooong... aku kan masih perawan!" Busyet! edan tenaannn, aku
seakan-akan disambar geledek mendengar pengakuan Ana dengan setengah
tidak percaya. Bagaimana mungkin Ana yang menjadi pembimbingku dan
begitu pintar dalam hal seks yang notabene sudah berpacaran sebanyak
tiga kali itu masih perawan? "Please... sayang... tolong dong ngertiin
aku... kita nikmatin itu nanti kalo kita sudah nikah aja ya
sayaangg..." lanjut Ana. Mendengar itu aku luluh juga, karena aku
sendiri berprinsip tidak akan merusak gadis cantikku ini sebelum
menikah. Tapi bagaimana dong, kemaluanku yang masih tegang itu masa
cuma dianggurin saja. Lalu kubelai rambut Ana yang masih kukangkangi
itu sambil berkata, "Oke sayangku, aku tidak akan maksa kamu... tapi
kita lanjutin dong acara kita. Masa sudah di puncak kok tertahan, kita
main seperti biasa aja, gesek-gesekan okey?" sambil kukecup kening dan
bibirnya. Setelah itu tangan Ana yang menahan perutku dilepasnya
sehingga dengan cepat kuarahkan batang kemaluanku untuk kugesekkan di
bibir kemaluannya.
"Cepak... cepok... cepak... cepok..." bunyi
gesekan kemaluanku dengan bibir kemaluan Ana yang sudah sangat basah
itu. Untungnya kasur itu hanya digelar di atas tikar di lantai sehingga
tidak ada bunyi derit ranjang gara-gara gerakan kami yang liar. Ana
hanya merem melek sambil sesekali mengerang nikmat menerima
perlakuanku. Semakin lama kelihatan Ana semakin menikmati permainan
kami itu dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya, sehingga membuat aku
nekad mengarahkan kepala kemaluanku ke lubang kemaluannya. Kutekan
sedikit sehingga agak masuk ke dalam, yah... kira-kira hanya kepala
kemaluanku saja, terasa hangat. Kutarik dan kutekan berkali-kali secara
hati-hati agar tidak merusak keperawanan Ana. Kuhentikan gerakanku
kemudian kucium bibir Ana. Terasa kemaluanku dijepit ketat, rasanya
ngilu tapi enak sekali. "Sayang, kamu masukin ya?" tanya Ana sambil
dadanya naik turun karena napasnya tersengal-sengal menahan nafsu.
"Enggak kok, cuma digesekin di luar aja," aku berkelit (padahal sih iya
walau cuma sedikit).
Setelah itu kuganti gaya, seperti biasanya
Ana kusuruh tengkurap langsung kemaluanku kugesekkan di pantatnya yang
empuk-empuk padat itu. Ehhm... nikmat sekali rasanya. Hampir saja aku
mau keluar di pantat Ana tapi dengan segala daya upaya kutahan.
Kubalikkan tubuh Ana dengan lembut kukecup bibirnya, payudaranya,
perutnya lalu kugesekkan kemaluanku di betis indah Ana. Woouuww...
semakin tegang dan nikmaat. Apalagi aku paling nafsu dengan betis mulus
dan indah milik wanita. Gesekanku bergantian di kedua betis indahnya,
begitu juga dengan paha mulus putihnya, hingga terasa sudah di ujung
air maniku ingin keluar dari "tempatnya". Kembali batang kemaluanku
kugesekkan di bibir kemaluan Ana, belum lima kali gesekan aku pun
keluar dengan suksesnya, "Aaah... Ana sayang... uuuh... aku keluar
ahhh... enaakkk..."
"Croot... creet... craaat... criit..."
Air
maniku pun muncrat di perut Ana dan sebagian di pangkal pahanya. Ana
terperanjat kaget, lalu segera bangkit dan meraih celana dalamku yang
kebetulan berserakan di dekat tubuhnya dan segera melap kemaluannya
dari air maniku. Aku maklum melihatnya dan membantu membersihkan, lalu
aku gandeng dia ke kamar mandi untuk mencuci kemaluannya dengan sabun
antiseptik supaya air maniku tidak masuk ke rahimnya. Terus terang kami
belum siap kalau Ana hamil duluan. Setelah dikeringkan dengan handuk,
aku peluk tubuh bugil seksinya dan kukecup kening dan bibirnya sembari
kubelai rambut wanginya. Dia mencubit dada berbuluku, sambil berkata,
"Iiih... kamu bandel banget siih sayang, nanti kalo aku hamil gimana
hayooo!" Mata bulat indahnya mendelik ke arahku, namun bukannya aku
menyesal tapi malah gemas melihat wajahnya ketika sedang marah gitu
jadi tambah kelihatan cantik sekali. Alhasil aku rengkuh tubuhnya ke
dalam pelukanku dan kemaluanku kembali tegang.
Setelah keluar
dari kamar mandi kami merapikan diri dan Ana kembali ke kamarnya lagi
setelah mencium bibirku dengan lembut lalu aku tertidur kecapaian.
Hingga keesokan harinya aku terbangun sinar matahari sudah terang
menembus kamar dan mataku tertumbuk pada noda merah agak tidak jelas
dan masih sedikit basah di seprei kasurku. Ya ampuun, kalau benar itu
noda darah berarti memang Ana masih perawan dan akulah yang mengambil
keperawanannya walaupun aku tidak bermaksud demikian. Barulah aku
percaya memang Ana adalah gadis baik-baik, sehingga membuatku tambah
cinta. Maafkan aku sayang, aku sudah berprasangka buruk sama kamu, ohh
gadis cantikku ternyata masih ada cewek seperti kamu yang masih menjaga
kesuciannya. Tapi kejadian itu malah tidak membuat kami berdua kapok,
bahkan malam berikutnya kami melakukan lagi di kamarku setelah
sebelumnya Ana bilang padaku kalau liang kemaluannya linu kusodok
dengan batang kemaluanku. "Tapi kamu jangan kapok lho sayaang... nanti
malam lagi yaah..." bisiknya manja saat kami jalan-jalan di Mall.
Sampai kemudian kami pulang ke Y di atas kereta dengan
sembunyi-sembunyi kami saling cium bibir dan remas bagian tubuh kami
yang peka rangsangan.
Nah, itulah pengalaman pribadiku yang
tidak bisa kulupakan sampai sekarang walaupun saat ini aku dan Ana
sudah berpisah karena banyak halangan seperti hal yang sangat prinsip
buat kami berdua yang menghadang hubungan kami. Dengan sadar dan berat
hati walaupun terasa pedih dan sakit di dada, kami akhiri hubungan
kami, dan sudah semenjak putus dengan Ana empat tahun lalu di akhir
tahun 2013, aku belum menemukan pengganti Ana sebagai belahan jiwaku.
Ana, aku selalu dan tetap mencintaimu walaupun kita tidak bisa bersatu,
kamu tetap ada di hatiku sebagai bagian dari memori indah hidupku
selama ini. Maafkan atas semua perbuatanku kepadamu selama kita memadu
kasih dan kudoakan semoga kamu bahagia bersanding dengan orang yang
benar-benar bisa membimbing dan mencintaimu untuk selamanya. Aku akan
turut bahagia bila kamu juga merasakan bahagia permaisuriku.
Terimakasih atas segala perhatianmu dan kasih sayangmu kepadaku yang
telah kau berikan dan jangan kau lupakan aku sayang.
Y City, 20 October, 2017
TAMAT