Menik Dan Ayah Angkatnya Bag 1
Menik adalah sepupuku. Gadis cantik yang
penampilan sehari-harinya lincah lagi polos ini dari penampilan luarnya
seolah-olah dia seperti seorang perawan lugu yang belum mengerti
hubungan dengan lelaki, tapi siapa mengira dibalik itu dia justru punya
skandal dengan ayah angkatnya sendiri.
Keintiman ini sudah
bermula di antara Menik dengan ayah angkatnya sejak dari Menik berusia
16 tahun. Menik yang pertumbuhannya mulai meningkat remaja dan semakin
cantik serta menggiurkan, sudah dijadikan alat bantu ayah angkatnya
untuk mengisi kesepiannya setelah beberapa bulan ditinggal mati
istrinya. Menik adalah keponakan dari almarhum istri Pak Hendro.
Awalnya, sesaat setelah menduda, Pak Hendro yang seorang staf
perusahaan perminyakan dipindah-tugaskan ke Sumatera. Dia berangkat
dengan mengajak Menik menemaninya di tempat tugas barunya. Hari-hari
berlalu, di tempat yang sepi kurang hiburan itulah perhatian Pak Hendro
yang kesepian mulai tertuju kepada Menik yang saat itu sedang bertumbuh
semakin cantik dan menggiurkan. Pendekatannya pun mudah, karena Menik
memang akrab sekali dengan ayah angkatnya ini, sehingga dibujuki
sedikit saja dia pasti menurut.
Mulailah Menik diperlakukan
sebagai teman bercinta Pak Hendro mengganti ketiadaan istrinya, hanya
saja dengan cara terbatas. Setiap bertemu di rumah, Pak Hendro selalu
mengerjai Menik, mulai dari sekedar dipeluk-peluki, diciumi, atau
digeluti. Lalu meningkat lebih jauh mulai diajak tidur bersama untuk
dicumbui dan digerayangi seputar tubuh gadis remaja itu. Dan berikutnya
lagi makin saling terbuka, telanjang bulat mandi bersama dan mulai
dinikmati tubuh polos gadis itu lewat remasan gemas dan kecap mulut di
bagian-bagian kewanitaannya. Sampai akhirnya Menik mulai diajari
cara-cara oral seks, menghisapi kemaluan untuk memberi kesenangan bagi
lelaki. Pokoknya tidak ada lagi yang disembunyikan di antara mereka.
Namun begitu, satu hal yang masih dijaga Pak Hendro, yaitu dia masih
tidak tega untuk memasukkan kemaluannya untuk merenggut keperawanan
Menik.
Sedikit mengulas keakraban mereka, bisa dilihat dari
bagaimana pertemuan mesra mereka ketika hari itu Pak Hendro pulang dari
urusan di Jakarta selama lima hari. Baru saja bertemu di rumah, sudah
disambut Menik yang meloncat senang, menggelendot di leher dan kaki
membelit di pinggang ayah angkatnya. Pak Hendro juga sama rindunya
dengan gadis manja kesayangannya ini, tapi tidak terang-terangan di
ruang tamu, melainkan menggendong dulu membawa Menik ke kamar tidur,
baru dari situ langsung didekap dan diciuminya bertubi-tubi seputar
wajah si gadis untuk kemudian menutupnya dengan ciuman bibir bertemu
bibir. Sebentar saja keduanya sudah saling meluapkan kerinduan dengan
saling melumat dalam dengan sepenuh perasaan sebelum kemudian terlepas,
dan Menik turun dari gendongan untuk membantu membereskan barang-barang
bawaan Pak Hendro sambil saling menceritakan keadaan masing-masing
selama berpisah.
Selepas itu, barulah acara membersihkan badan.
Setelah
Menik selesai membuka keran bak rendam, "Ayo mandi sama-sama Yayah,
Nik..?" kata Pak Hendro mengajak yang segera dianggukkan Menik dan
langsung membuka bajunya sendiri mengikuti Pak Hendro yang sudah lebih
dulu bertelanjang.
Yayah adalah panggilan manja Menik kepada Pak
Hendro. Begitu selesai, dia pun segera mendekati Pak Hendro yang saat
itu sudah akan bergerak ke kamar mandi.
"Ntar dulu Yah, gendong dulu dong..!" katanya dengan manja.
Menahan
langkah Pak Hendro, dia pun meloncat ke pelukan ayah angkatnya itu.
Bergelendot manja lagi di leher dengan kedua kaki membelit pinggang Pak
Hendro seperti tadi, dia pun langsung digendong dibawa ke kamar mandi.
Berikutnya
di bak kamar mandi, keduanya mandi bersama dengan saling membantu
menyabuni dan menyirami tubuh masing-masing. Pada waktu itu jika
melihat bentuk tubuh Pak Hendro, kesannya memang angker dengan sosoknya
yang tegap dan gempal, termasuk juga ukuran alat vital yang dimilikinya
yang cukup lumayan besar. Tapi bagi Menik yang sudah biasa begini,
tentu saja kesan menakutkan tidak ada lagi. Malah dia paling suka kalau
disuruh mempermainkan batang kemaluan ayah angkatnya ini, karena ada
rasa geli-geli senang jika merasakan batang yang semula lemas, besarnya
hanya seukuran lebih besar sedikit dari jempol kaki itu, akan mekar
mengembang lipat dua dalam genggaman kulumannya, menjadi panjang dan
besar seukuran pisang ambon. Seperti juga saat ini, sambil menyabuni
tubuh Pak Hendro, dia menyempatkan mempermainkan batang kejantanan itu.
Terasa olehnya batang itu sudah menegang setengah keras.
Begitulah
kegiatan yang sering mereka lakukan, sampai dengan selesai membersihkan
tubuh dan keluar dari bak mandi, terlihat lagi milik ayah angkatnya.
Hal ini membuat Menik tertarik, karena dari tadi batang itu masih
setengah menegang saja. Keduanya masih belum menyeka tubuh mereka
dengan handuk saat itu.
"Iddih Yah, kok dari tadi masih keras aja
sih. Padahal udah bolak-balik Nik guyur pake aer dingin..." kata Menik
dengan nada khas remajanya yang polos sambil mengulurkan tangannya
memegang batang itu.
Pak Hendro hanya tersenyum geli, "Iya, itu tandanya dia udah kepengen disayang-sayangin lagi sama Mbak Niknya."
"Tapi..,
kata Yayah di Jakarta mau dipakein ke lobangnya orang perempuan. Emang
nggak sempet ya Yah ?" tanya Menik meskipun masih muda sekali tapi
sudah diberi pengertian tentang arti hubungan seks yang sebenarnya.
"Sempet sih sempet, tapi ketemu Mbak Niknya kan tetep aja kangen."
Menik
tersenyum senang mendengarnya. Dia mengocok sebentar batang itu sambil
berkata, "Mau Ning isepin sekarang ya Yah..?" tanyanya menawarkan
permainan yang sudah biasa dilakukan sesuai ajaran Pak Hendro.
"Sebentar, sebentar, Yayah mau puas-puasin dulu sama Kamu." kata Pak Hendro.
Tanpa
menunggu jawaban Menik, dia sudah langsung membawa si gadis ke dekat
meja washtafel dan mendudukkan Menik di situ. Meja itu cukup tinggi,
sehingga dengan hanya sedikit membungkuk dan menundukkan kepalanya Pak
Hendro sudah bisa mencapai kedua susu Menik. Langsung saja bukit dada
si gadis yang meskipun masih remaja tapi sudah cukup menonjol mengkal
itu dilahap dan disedot serta dihisap bergantian dengan rakus.
Menik
yang sudah terbiasa begini hanya meringis-ringis kegelian, membiarkan
ayah angkatnya sibuk menghisapi susunya, sementara dia sendiri
menjulurkan tangannya membantu meremas-remas penis Pak Hendro.
Ada
beberapa saat Pak Hendro memuaskan mulutnya di bagian itu sampai
kemudian menggeser mulutnya turun ke arah liang keperawanan Menik.
Sambil begitu dia meminta Menik bersandar ke dinding kaca di
belakangnya untuk kemudian mengangkat kedua kaki Menik. Telapaknya
diletakkan di tepi meja, sehingga Menik jadi terkangkang dengan
kemaluan terkuak lebar-lebar. Sekarang bagian kemaluan perawan remaja
yang masih gundul belum ditumbuhi bulu-bulu itu jadi sasaran kecap
mulut Pak Hendro. Bukit daging kemerah-merahan ini disosornya sama
rakusnya, diikuti jilatan dan gigitan-gigitan kecil di kelentit yang
diterima Menik sesekali menjengkit-jengkit dan merengek kegelian.
"Aaaa
ge-yyi Yaah... hiiii ssshh Yayahh nyangan di gigitt gi-tu Yahh..." nada
manja kekanak-kanakannya pun mulai terdengar, tanda dia juga senang
diperlakukan begini oleh ayah angkatnya.
Disini pun Pak Hendro cukup lama memuaskan kecap mulutnya sebelum kemudian berhenti dan mengangkat kepalanya.
"Ayo
Nik.., tempel-tempelin dulu di punyakmu biar tambah cepet kepengennya
biar nanti lebih gampang keluarin aernya..." kata Pak Hendro meminta.
Yang
begini pun bagi Menik sudah terbiasa, tanpa menunggu diminta dua kali
diturutinya permintaan ini dengan mengambil batang kejantanan Pak
Hendro yang sudah menegang itu dan menempelkan ujung kepala bulatnya
digesek-gesekkan di mulut lubang kemaluannya. Reaksinya cepat karena
sebentar kemudian dilihatnya air muka Pak Hendro menegang diburu
nafsunya, sementara bagi Menik sendiri main-main seperti ini juga
selalu menimbulkan perasaan aneh tersendiri baginya. Rangsangan asyik
yang masih belum dikenal artinya, bergejolak di dalam perutnya dan
membuat liang keperawanannya seolah gatal ingin memasukkan batang ini
ke dalam lubangnya. Ada rasa menuntut di situ, apalagi jika ujung
batang kejantanan itu makin ditekan sedikit ke dalam, semakin penasaran
rasa enak yang ingin diraihnya.
Dalam keadaan begini, praktis
Menik sudah tenggelam pasrah dituntut berahi nafsunya, maka tinggal
ditekan lebih jauh pasti akan disambut Menik dan berarti sudah bisa Pak
Hendro menggagahi remaja polos itu. Tapi di sinilah hebatnya disiplin
pribadi Pak Hendro demi sayangnya kepada anak angkatnya. Walau setiap
kali berisengnya sudah sampai sedemikian kritis, tapi selalu saja dia
bisa menahan diri untuk menghindar. Sesaat sebelum pikirannya buntu,
dia pun cepat mencabut batangnya sambil membawa tubuh Menik turun dari
meja washtafel. Menik mengira bahwa sekaranglah saatnya dia diminta
untuk melakukan locokan hisapnya guna membantu Pak Hendro mencapai
tuntutan kelelakiannya. Tetapi rupanya ada perubahan acara, Pak Hendro
ingin menyelesaikannya dengan cara lain. Dia tetap menyuruh Menik
berdiri di depannya untuk kemudian dia sendiri sedikit menekuk kakinya
merendahkan tubuhnya, dari situ dia meletakkan batang kejantanannya
terjepit di selangkangan Menik, persis menempel di bawah kemaluannya.
"Nah, Yayah mau coba bikin gini aja, nggak usak pake dilocok tangan." katanya seraya mulai memainkan pantatnya maju mundur.
Caranya
persis seperti sedang bersetubuh dalam posisi berdiri, hanya saja
batang keperkasaannya tidak dimasukkan ke lubang senggama Menik. Sambil
menggoyang keluar masuk batangnya yang tergesek-gesek di celah liang
keperawan Menik, Pak Hendro juga menambahi rasa dengan mendekap Menik,
mengajaknya berciuman hangat. Diimbangi oleh Menik dengan juga
merangkul ketat leher Pak Hendro, membalas saling melumat bergelut
lidah.
Ternyata meskipun tidak sempurna, tapi cara begini bisa
juga membuat Pak Hendro mencapai ejakulasinya. Sebentar kemudian dia
pun tiba di puncaknya dengan menyemburkan cairan maninya, tanda dia
sudah bisa mengakhiri permainan dengan lega. Itulah permainan iseng
sehari-hari Pak Hendro dengan Menik yang boleh dibilang kritis karena
cuma tinggal memasukkan batangnya ke liang keperawanan Menik saja yang
belum dilakukan Pak Hendro. Tapi yang begini cuma sementara. Cara hidup
unik ini bagi Menik pengaruhnya besar juga. Bagaimana tidak, kalau
mengikuti perkembangan cara mereka, rasanya cuma tinggal tunggu waktu
saja untuk Menik mendapatkan rasa seks yang sebenarnya. Apalagi
belakangan ini Menik pernah menyaksikan sendiri bagaimana adegan hangat
ayah angkatnya yang bercinta dengan Mbak Tikah, seorang gadis pemijit
yang sering dipanggil Pak Hendro untuk memijit di rumahnya, tapi
sekaligus sebagai tempat penyaluran tuntutan kelelakian Pak Hendro.
Dari
sejak awal Menik sudah curiga bahwa ayah angkatnya punya hubungan intim
dengan Tikah, gadis pemijit yang diperkenalkan oleh sopir pribadi
mereka. Karena dalam acara memijit yang biasa mengambil tempat di ruang
baca itu, mereka berdua selalu mengunci pintu berlama-lama di situ.
Memang mulanya kelihatan biasa-biasa saja, tapi pernah sekali Menik
memergoki bahwa tubuh Tikah secara mencuri-curi sering digerayangi
tangan Pak Hendro. Ini yang membuat Menik penasaran dan suatu waktu dia
sengaja mengatur waktu untuk membuktikan sendiri sampai dimana hubungan
Pak Hendro dengan Tikah.
Begitulah suatu kali kesempatan Pak
Hendro minta dipijit Tikah di tempat biasa di ruang baca, Menik yang
tadi pura-pura pamitan ke rumah teman padahal sudah menyelinap
bersembunyi di kolong ranjang ruang tidur pak Hendro menunggu
kesempatan untuk mengintip. Di antara kedua ruang baca dan ruang tidur
Pak Hendro ada pintu penghubung, Menik menunggu sampai dirasa aman baru
dia mengendap-endap mencapai pintu penghubung dengan rasa tegang karena
didapatinya suasana kamar sebelah sepi sekali. Di lubang pintu
penghubung itu sebagaimana pintu-pintu lainnya juga dipasang sehelai
gordyn tebal. Biasanya pintu ini juga dikunci oleh Pak Hendro kalau
sedang berdua dengan Tikah, tapi karena diketahuinya Menik tidak di
rumah maka Pak Hendro sudah merasa aman dengan membiarkan pintu itu
terbuka, sehingga Menik punya kesempatan mengintip ke situ.
Apa
yang ditunggu Menik memang tepat, bahkan kebetulan sekali karena
rupanya saat itu sudah masuk di babak Pak Hendro akan mengerjai Tikah.
Mereka sudah langsung mulai karena begitu Menik melihat ke dalam, dia
sudah mendapatkan bagaimana keduanya sudah bersiap-siap untuk masuk ke
permainan seks dengan Pak Hendro. Saat itu sedang merangsang berahi
Tikah. Di situ sambil masih tetap berada di atas permadani tebal tempat
mereka biasa memijit, nampak Pak Hendro yang berbaring telentang sedang
menggerayangi tubuh Tikah yang duduk di atas perutnya. Waktu itu kedua
posisi mereka agak membelakangi Menik, sehingga tidak bisa terlihat
jelas, tapi Menik bisa melihat bahwa tangan Pak Hendro sedang bermain
meremas-remas susu Tikah yang masih tertutup kain. Tikah dalam acara
memijit ini mengenakan sehelai handuk yang dililit sebatas dadanya.
Berdebaran tegang Menik menonton
pemandangan di depannya, nampak Tikah mandah saja menggeliat-geliat
kegelian dengan muka genit malu-malu kegelian mendapat gerayangan nakal
Pak Hendro di kedua susunya. Malah dia kemudian membungkukkan tubuhnya
mengikuti pelukan Pak Hendro, menyandarkan kepalanya manja di dada Pak
Hendro. Sebentar keduanya saling merapat pipi bertemu pipi seperti ada
yang dibisikkan Pak Hendro di telinga Tikah, karena tiba-tiba Tikah
bangun duduk tegak dan berikutnya masih dengan muka genit malu-malu
Tikah membuka lepas handuk penutupnya menampilkan bebas tubuh
telanjangnya. Karena di balik kain tadi Tikah memang tidak mengenakan
pakaian dalam. Sekarang melihat bagaimana Tikah sedang menyodorkan
bagian kewanitaannya untuk dinikmati Pak Hendro, hal ini membuat Menik
semakin tertarik penasaran. Memang tubuh Tikah tidak semulus dan
secantik Menik, tapi berharap pada adegan kelanjutannya menimbulkan
rangsangan hebat pada Menik, disamping juga rasa kepingin tahu yang
besar ingin melihat bagaimana caranya pasangan laki perempuan
bersanggama.
Sekarang terlihat gerakan Pak Hendro bangun duduk, sementara Tikah hanya mengangkat duduknya berlutut merapat pada Pak Hendro.
"Ahsshh..."
terdengar Tikah mengerang dan setelah itu menggigit bibirnya malu-malu
geli ketika dia mulai mendapat rangsangan Pak Hendro sekaligus di dua
tempat, yaitu mulut Pak Hendro melahap sebelah puncak susunya dan
sebelah tangan Pak Hendro bekerja mengusap-usap tengah selangkangannya.
Rangsangan
mulai meningkat dengan makin sibuknya Pak Hendro berpindah-pindah
mengenyoti kedua susunya, sementara tangan yang di selangkangan juga
bergerak-gerak seperti sedang meremas-remas sambil pasti ikut mengiliki
kelentitnya, geli asiknya mulai diterima Tikah terbaca dari mimik
wajahnya yang sekarang merona merah dalam mata terpejam serius dan
bibir setengah merekah tegang. Sesekali ada gerakan Tikah mengejang
kegelian dengan menarik pantatnya menungging, tapi tidak menghindar
membiarkan tubuh telanjangnya dipuasi Pak Hendro. Sebelah tangannya
malah membantu menonjolkan bukit susunya tersodor dikecapi Pak Hendro,
sedang sebelah tangan lagi bertopang di pundak Pak Hendro. Ada beberapa
saat seperti itu, tapi di tengahnya ada gerakan baru, yaitu sebelah
tangan Pak Hendro yang bebas mulai merangsang kejantanannya dengan
menggenggam dan meremas-remas batangnya agar menjadi lebih kaku.
Semua
ini dari tempat mengintip Menik cukup jelas dilihat, karena jaraknya
cuma sekitar 3 meter dan posisi Tikah sekarang agak serong menghadap ke
arahnya. Rupanya acara merangsang gairah berahi Tikah dan membangkitkan
kejantanan sendiri oleh Pak Hendro, meskipun sebentar tapi sudah
dianggap cukup, karena Pak Hendro baru saja berhenti dan meminta Tikah
mengambil posisi berbaring menelentang tetap di atas permadani itu.
Mereka nampaknya mempersingkat waktu agar tidak terlalu lama dan
dicurigai para penunggu rumah.
Tikah langsung berbaring
mengangkang sesuai permintaan Pak Hendro, matanya ditutup rapat-rapat
menunggu Pak Hendro mengatur posisinya untuk mulai memasukkan batang
kejantanan ke liang senggamanya. Merapat dia dengan kedudukkan tegak
berlutut, kedua paha Tikah ditumpangkan ke atas masing-masing pahanya,
sebentar Pak Hendro masih melocoki batang kejantanannya sendiri yang
dari tadi tetap dipegangi terus, sementara tangan sebelah jari-jarinya
membasahi lubang kewanitaan Tikah dengan ludahnya agar membuat lebih
licin lagi. Sebentar kemudian batang kaku Pak Hendro mulai dimasukkan
ke liang kewanitaan Tikah, Menik membaca mimik wajah Tikah agak
mengernyit dengan kedua kelopak matanya yang terpejam erat. Rahangnya
menganga kaku menunggu batang ditusukkan ke kemaluannya dan yang mulai
dimainkan Pak Hendro keluar masuk pelan-pelan.
Ternyata reaksi
yang ingin dilihat Menik mulai nampak. Tikah ketika mulai bisa
menyesuaikan dengan penis yang baru diterimanya, langsung mendapatkan
rasanya. Tegang wajahnya pun mengendor terganti dengan bersemu asyik
yang membawa pinggulnya bergerak mengocok mengimbangi gerak menggesek
batang keluar masuk liang senggamanya. Makin lama makin tambah hangat
rasa garukan enak itu, apalagi ditambahi Pak Hendro dengan kedua
tangannya memilin-milin puting masing-masing susunya, gerak geliat
Tikah sudah meningkat panas. Meliuk-liuk dia terlihat erotis dengan
dadanya kadang diangkat-angkat membusung. Tapi yang seru adalah
goyangan bibir kemaluannya yang berputar cepat seperti tidak sabaran
dan sesekali menanduk-nanduk ke atas memapak tusukan batang keperkasaan
Pak Hendro yang juga mulai dipompa agak kencang.
Menik sampai
terasa panas dingin dan tegang menontonnya, terpengaruh rangsangan
permainan Tikah yang menggelora oleh sogokan-sogokan batang keperkasaan
Pak Hendro. Gerakannya selama itu berputaran hangat, lebih-lebih
menjelang orgasmenya. Sayang Menik tidak bisa mengikuti mimik Tikah,
karena dengan semakin panas itu wajah Tikah sudah hilang menyusup di
dada Pak Hendro yang sudah turun menghimpit mendekapnya erat-erat.
Hanya terakhir sempat dilihat ketika Tikah berogasme dengan tubuhnya
yang mengejang dan mengangkat liang kewanitaannya tinggi-tinggi seakan
ingin ditekan lebih dalam lagi. Sampai di situ apa yang ditonton Menik,
dan dia buru-buru ke luar untuk kemudian berpura-pura datang dari luar
seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam kamar baca itu.
Jadi
boleh dibilang secara tidak langsung, sebetulnya ayah angkatnya yang
menggiring Menik untuk menuju kebebasan seks. Sehingga ketika suatu
ketika, Menik menemukan teman sekolah yang cocok di hatinya dan
kemudian berlanjut dengan iseng-iseng mempraktekkan hubungan sanggama
sampai mengakibatkannya hamil. Ayah angkatnya tidak bisa menyalahkan
dia karena menyadari bahwa ini salahnya sendiri yang terlalu bebas
dalam cara hidup mereka. Tapi untuk menuntut laki-laki yang mengerjai
Menik sangat berat, karena keduanya masih remaja sekali, jalan keluar
yang dipilih adalah menggugurkan kandungan Menik sebelum menjadi besar
serta membatasinya bergaul bebas di luaran lagi.
Menik nampaknya
kapok dengan akibat keisengan pertamanya itu, tapi untuk bisa bertahan
dari godaan lelaki berikutnya ternyata ada cara yang istimewa untuk
itu. Yaitu Menik yang sudah kenal nikmatnya hubungan seks tidak
dibiarkan menderita menahan keinginan itu, tapi di rumah dia justru
dapat penyaluran tersendiri dari siapa lagi kalau bukan dari ayah
angkatnya sendiri. Sejak itulah Menik mulai membuat hubungan sanggama
dengan Pak Hendro dengan maksud agar Menik tidak mencari di luar lagi,
yang memungkinkan dia mengulang kecelakaan yang sama. Hanya saja
tentunya dijaga agar tidak ada satu pun orang luar yang tahu rahasia
keluarga mereka.
Memang, sejak lepas dari pengalaman pahitnya
itu, Menik jadi seperti uring-uringan dan untuk mengisi kesepiannya,
Pak Hendro mulai tertarik juga untuk memanfaatkan Menik. Tidak heran
sebab si cantik yang meningkat semakin remaja ini kalau berpakaian
sering minim, mengundang gairah lelaki, teristimewa bagi Pak Hendro
yang juga sedang kesepian. Tapi sekalipun sudah akrab dengan gadis itu,
Pak Hendro tidak langsung main ajak begitu saja. Dia perlu cara halus
karena dia kuatir Menik masih trauma dengan pengalaman pahitnya itu.
Pak Hendro mulai mengadakan pendekatan dengan membelikan hadiah-hadiah
perhiasan dan mengobral pemberian uang untuk meluluhkan hati Menik.
Sampai di suatu siang, dia membuat surprise dengan mendatangi kamar Menik.
"Nik,
kalok Yayah kasih hadiah buat Kamu, mau nggak..?" katanya dengan kedua
tangannya ke belakang seperti menyembunyikan sesuatu."Oya..? Hadiah apa
Yah..?"
"Mau tau..? Nih Liat dulu sebentar..!" kata Pak Hendro
sambil menarik tangannya yang menggenggam sebuah kotak perhiasan,
membuka tutupnya memamerkan isinya sebentar.
Namanya sifat perempuan, begitu melihat perhiasan emas yang berkilau-kilauan langsung bersinar cerah wajahnya.
"Buat Menik ya Yah..?" tanyanya malu-malu.
"Iya.., semua buat Kamu, abis buat siapa lagi..?"
"Waduh..! Iya Yah, Aku mau.., seneng banget Aku Yah..!"
Kontan
melonjak girang Menik karena perhiasan yang akan diberikan kepadanya
justru lebih banyak dari yang sudah didapat sebelumnya. Tidak salah,
karena Pak Hendro sendiri saking senangnya dapat harapan manis Menik
sengaja membelikan lebih banyak dengan maksud untuk lebih membujuk
gadis itu.
"Tapi ntar dulu, abis ini nanti temenin Yayah tidur,
sekarang ininya Yayah masukin Yayah punya ya..?" tanya Pak Hendro mulai
minta kepastian Menik sambil merapat dan menjulurkan sebelah tangannya
mengusap-usap selangkangan Menik.
Jelas Menik tahu maksudnya tapi dia masih ragu-ragu.
"Ngg, tapinya kalok Nik bunting lagi gimana Yah..?" tanyanya minta penegasan Pak Hendro.
"Ooo... jelas Yayah jaga jangan sampe begitu, nanti Yayah kasih pilnya.." jawab Pak Hendro memberi kepastian.
Kali
ini Menik mengangguk meyakinkan ajakan Pak Hendro karena hatinya sudah
keburu terpaut dengan kilauan emas yang bakal jadi miliknya. Perempuan
kalau hatinya sudah merasa dekat, apalagi ditambahi dengan
hadiah-hadiah perhiasan, maka cepat saja takluk dalam rayuan.
"Kalok
gitu sini, Yayah yang pakein satu persatu dan Kamu nurut aja ya..? Tapi
sebentar.., coba Kamu pake dulu semua perhiasan yang Yayah pernah
kasih. Soalnya ini semua satu setelan, jadi biar lengkap keliatannya."
Menik
mengangguk dan bergerak mengambil perhiasan itu di lemarinya, lalu
memasangnya satu persatu yaitu giwang, kalung, cincin dan gelang,
sementara Pak Hendro mendekat lalu meletakkan kotak perhiasan di tempat
tidur. Keempat perhiasan itu berikut yang ada di dalam kotak memang
memiliki ciri seragam, yaitu diberi bandul berbentuk bola-bola berongga
yang di tengahnya diisi bola kecil lagi, jadi kalau bergerak akan
menimbulkan bunyi yang bergemerincing.
Menik sendiri masih heran
di mana lagi perhiasan yang ada di kotak itu akan dipasangi di
tubuhnya, namun begitu dia diam saja dan sesuai permintaan Pak Hendro
dia menurut ketika sebuah perhiasan diambil untuk dipasangkan padanya.
"Tau
nggak Nik, Yayah beli ini karena liat Kamu cantik, jadi kepengen
dandanin kayak putri ratu. Memang keliatan kayak main-mainan, tapi ini
emas asli lho..? Kalok nggak cocok jangan kasih siapa-siapa, simpen aja
buat kenang-kenangan. Ayo sini, tempat pertama pasangnya di sini..."
Menik langsung merasa geli, karena bagian pertama yang dipasangi adalah sebuah cincin hidung model jepit ala gadis-gadis Arab.