Teman Baik
Cerita
ini terjadi pas sekali di hari ulang tahunku yang ke-24, Januari 2016.
Aku punya teman perempuan namanya Ita, dia itu temanku dari semenjak
kuliah, teman dekat tapi bukan pacar. Sebenarnya sih aku suka sekali
sama dia, habis dia itu sudah banyak mewarnai hidupku, begitu juga aku.
Tapi lantaran agama kita beda, ya apa boleh buat, akhirnya kita
berteman saja (meskipun banyak teman-teman yang menyarankan supaya di
coba dulu).
Hari Jum'at HP-ku berdering, pas kuangkat tidak tahunya Ita di seberang.
"Kamu dimana nih?" tanyanya.
"Aku di Kupang, baru besok balik ke Jakarta", balas aku.
"Ok deh, jam berapa kamu besok sampai di bandara?"
"Kira-kira
jam 2 siang, ya kamu tahu lah, aku naik Merpati alias merana sampai
mati, jadi tidak tentu datangnya", kataku."Ya sudah call aku kalau
sudah sampai!""OK."
Besoknya pas aku sampai aku call dia, dia
bilang besok dia ingin sekali bertemu sama aku, ingin merayakan HUT-ku.
Ya sudah akhirnya kita janjian di BMGM, PI Mall jam setengah 7 malam.
Kalau tidak salah pas hari Minggu. Pas ketemu Ita kasih ucapan selamat
ulang tahun buat aku, "Met ulang tahun ya! Mudah-mudahan tidak lupa
sama aku", katanya sambil mencium pipiku, biasa sun pipi doang. Memang
cuma sebatas itu yang biasa kami lakukan. Terus kami makan sambil
ngobrol ngalor-ngidul.
"Wan, aku ada unek-unek yang pengen banget aku obrolin sama kamu", katanya.
"Masalah apa sih Ta, kalau buat kamu aku pasti bantu", jawab aku.
"Iya aku tahu, tapi jangan di sini dong tidak enak buat ngobrol, entar kalau aku nangis gimana?" benar juga, dalam hatiku.
Sehabis
makan kami pergi ke kafe, tapi karena suasana ramai sekali, akhirnya
Ita mengajakku mencari tempat yang lebih nikmat buat ngobrol. Karena
waktu itu kami berada di kawasan Blok M, maka kami pilih Hotel Am.
Singkat cerita dia mengajak chek-in, "Enakan begini", kata Ita. O iya,
waktu itu Ita pakai T-shirt ketat lengan panjang, warna gelap plus
jeans ketat warna gelap juga. Jadi kontras deh sama warna kulitnya yang
kuning langsat. Wajahnya biasa-biasa saja, tapi nafsuin banget, apa
lagi bibirnya, wow sensual banget! Buah dadanya tidak besar-besar amat,
hanya 34 B. Cuma karena dia rajin senam jadi itu body bikin horny.
Kira-kira
sudah 1 i/2 jam ngobrol, ditengah-tengah suasana yang oke banget gitu,
obrolan sedihnya semakin menjadi. Akhirnya dia sandarkan kepalanya di
atas dadaku. Terus terang aku jadi ngembang, apa lagi kalau bukan
kemaluanku. Dia rupanya merasa, karena siku tangannya sesekali
menyentuh permukaan zipperku. Mulanya aku beranikan diri buat mengusap
rambut dia pakai tangan kiri, sementara tangan kananku, aku pakai buat
mengusap tangan kanannya. Lama-lama yang ada bukannya usapan, aku malah
meremas tangannya. Dia malah balik meremas tanganku, "Wah lampu ijo
nih", pikirku. Benar saja tidak lama mukanya yang tadinya menghadap
depan jadi tengadah, kontan bibirnya yang sensual jadi rada merekah,
aku tidak sia-siakan. Kukecup kecil sekali, setelah itu kulihat matanya
masih merem, langsung saja kulumat habis, dalam banget, sampai dia rada
gelagapan. 7 menit berselang tangan kananku beraksi di atas permukaan
dadanya. Kuusap lembut buah dadanya. "Eenghh", dia mulai kedengeran
erangannya. Dari apa yang pernah kubaca (memang aku rada kuno) kalau
perempuan sudah kedengeran begitu tandanya dia sudah ON.
Mendengar
erangannya, usapanku berubah jadi remasan. Aku remas dari mulai pelan
sampai keras dan seterusnya bervariasi. Bibirku masih menempel ketat di
bibirnya, dia yang duluan memainkan lidahnya di rongga mulutku, ya aku
jabanin. Kuangkat bagian bawah T-shirtnya, dia kasih jalan. Begitu
lepas terpampang di depan mataku gundukan buah dadanya yang di bungkus
bra berenda warna hitam dan membuat aku semakin horny. Lumatan kami
berlanjut lagi, semakin "Panas". Tidak puas cuma meremas dari luar
kupeluk dia sambil kucari pengait bra dia di belakang. Kulepas, dan
remesanku sekarang semakin gila. Lumatanku mulai menjalar ke seluruh
mukanya, turun ke daerah sekitar kuping, aku gigit pelan daun kupingnya
dan "Enghh..." kedengeran lagi dia mengerang. Jariku mulai "tunning" di
pentilnya. Bibir dan lidahku terus turun, aku "hisap" seluruh bagian
leher dan pundaknya, turun ke ketiaknya. Kugigit dan kutarik bulu
ketiaknya yang memang lebat. "Uhh, Wannn... geliii", aku tidak peduli,
terus dan terus. "Wan, angkat aku ke tempat tidur", pintanya. Lalu
kuangkat.
Aku besarkan voltage dimmer. Hal ini menambah
fantasiku karena aku bisa lebih jelas melihat lekuk tubuhnya. Aku naiki
dia, kuserbu buah dadanya, "Kamu baru potong cambang ya, Ita geli
bangeet... ah", erangya. Kujilat seluruh permukaan buah dadanya.
"Putingnya dong!" dia protes. Sengaja aku tidak melumat putingnya,
nunggu dia penasaran pikirku. Aku lumat, gigit-gigit kecil, dan kusedot
dengan keras puting runcingnya yang berwarna pink dan sudah keras
sekali. Dia angkat dadanya sampai membusung. "Aduh... kok nikmat banget
sihh..." Lama aku main di situ, sesekali dia tekan dan jambak rambutku.
Aku tetap main di situ sampai dia tekan kepalaku turun, aku ikuti, aku
jilat dan kusedot pusernya, dia menggelinjang sambil tidak
berhenti-henti mengerang. Kulepas ikat pinggangnya, aku turunkan
zippernya. Tapi tidak langsung, kutarik turun jeansnya, aku balikan
tubuhnya tengkurap, aku jilat habis bagian pundak sampai punggung.
Dekat bagian ban celananya, baru aku turuni jeansnya sedikit demi
sedikit sampai bagian pinggul dan CD berenda warna hitam yang sejenis
sama branya kelihatan jelas. Aku remas pinggulnya sambil sesekali
kugelitik pinggangnya. CD-nya kuturuni sedikit demi sedikit, jilatan
dan lumatanku yang turun sampai ke telapak kakinya, "mmhh..."
Setelah
jeans dan CD-nya lepas aku balikan tubuhnya. Aku emut jari-jari kakinya
semua, dari mulai jempol sampai kelingking, terus naik, sampai akhirnya
mukaku berhadapan sama tumpukan bulu yang... wah... pokoknya hutan
pedalaman Kalimantan sama Irian LEWAT! Merumputlah aku di situ. Aku
buka pahanya lebar-lebar, aku sibakan bulu kemaluannya. Terus kukecup
bibir vaginanya. Pink warnanya, dan masih sempit, soal aroma jangan
ditanya Ok banget. Kukeluarkan lidahku, kujilat seluruh permukaan bibir
vaginanya luar dalam. Pas sampai clitoris, erangannya mulai berubah
jadi teriakan, sambil menekan belakang kepalaku dan dia jepit kepalaku.
Beberapa saat kemudian dia angkat pantatnya sambil menggoyang. "Ahh...
mmhh... uhh... terusssinn wannn..." kemudian dia melenguh keras sambil
menekan belakang kepalaku, dia jepit kepalaku, semenit kemudian dia
terkulai. "Kamu hebat Wan... sabar dan telaten, thank's ya..." katanya.
"Ah nggak juga, mungkin bakat kali Ta, sumpah baru pertama kali!"
jawabku.
Lalu kami istirahat sebentar, aku mengambil rokok dan
minum, sementara kemaluanku terus meronta, aku berusaha sabar. Ternyata
yang tidak sabar justru Ita. "Sudah matiin rokoknya, kasian tuh anak
kamu sudah pecah ketubannya pengen keluar", katanya bercanda. Dia yang
bugil menyerbuku seperti Saddam Husein nyerbu Kuwait. Dia preteli
kemejaku, jeansku, dan akhirnya CD-ku. Kontan kemaluanku yang memang
dari tadi sudah meronta jadi lompat. Dia nafsu banget. Kemaluanku
memang sedangan saja sih panjang 13 cm, tapi memang keras. Dia kocok,
di tempeli ke ujung hidung, pipi dan akhirnya dia cium. Terus dia
jilati dari kepala sampai ke bijiku. Tidak lama kepala penisku sudah
ada di dalam mulutnya, dia hisap dalam sekali. "Aduhh Ta...!"
"Kenapa?" tanyanya.
"Ennnakkh..."
jawabku. Ita semakin bersemangat, dia maju mundurkan mulutnya, kupegang
kepalanya. 8 menit kemudian aku tahan kepalanya dan "Itttaa... aku
kkeee... aahh..." aku tidak sanggup meneruskan omonganku, aku muncrat 5
kali di dalam mulutnya. Dia telan semua sampai tetes sperma penghabisan.
Sesudah
itu kami ngobrol, agak lama sekitar 20-an menit dan sesudah badan kami
segar, kami bertempur lagi. Setelah segalanya siap, kunaiki dia, dia
pegang penisku, dia gesek-gesekan di atas permukaan vaginanya, geli
banget! Habis bulu kemaluannya rimbun banget sih.
"Ya teken Wan pelan-pelan..." aku ikutin, seret!
"Ayo
coba terus, pelan pelan", aku ikutin. Pas kepala penisku sudah kejepit,
aku diam dulu, aku kiss bibirnya sambil tanganku terus beraksi di atas
buah dadanya. Setelah kupikir ok, aku konsentrasi, aku tekan habis dan
"Wannn... sakkith..." aku kaget. Aku berhenti dulu, terus kulumat lagi
bibirnya. Setelah tenang 1/4 penisku aku masukan lagi, dia teriak lagi,
kali ini aku sudah kesetanan. Aku masukan semua sisa penisku, Ita
mengangkat kepalanya dan menggigit pundakku. "Enggghh", dia mengeluh.
Aku istirahat dulu. Kuserbu buah dadanya, kulumat habis, kusedot,
kucupang kencang sekali, sampai meninggalkan bekas. Pas aku mau kulum
bibirnya dia taruh telunjuknya di bibirku. "Wan, Ita bahagia malam ini,
ini kali pertama Ita bersetubuh, dan Ita bangga bisa ngasih keperawanan
Ita sama orang yang Ita kagumi." Hancur hatiku mendengar si Ita ngomong
kayak gitu, aku bengong!
"Sudah, ngapain bengong ayo terusin!"
karena aku tidak bereaksi si Ita yang ambil inisiatif. Dia angkat
pantat dan berhula-hula, lama-lama aku jadi mengikuti.
"Nnnaahh gitu donghh", aku maju-mundurin pantatku, selang sepuluh menit,
"Ithhaa mmaauuu nyampppee..."
"Tungguiiinn
aku sebentarrr lagiii." Kami terus bertempur, tiga menit kemudian Ita
jepit pinggangku sambil memelukku erat sekali. Dan aku pun menyodok dia
tidak kalah kencangnya,
"Tttaa... aahh..."
"Wannnhh... ouuggghh", kami sampai bareng dan terkulai sesudahnya.
Itu
adalah true story-ku, itu yang pertama dan mungkin yang terakhir aku
main sama Ita, karena aku tidak mau merusak dia, aku sama dia memang
bukan jenis manusia rusak.
Tamat